Page 31 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 31

tadjid dakwah amar makruf nahi munkar. Sedangkan misi pendidikan
              Muhammadiyah adalah: 1) mendidik manusia memiliki kesadaran ketuhanan
              (spiritual makrifat), 2) membentuk manusia berkemajuan yang memiliki etos
              tadjid, berfikir cerdas, alternatif dan berwawasan luas.
                 Tujuan pendidikan yang dicanangkan Ahmad Dahlan telah mengakhiri
              dikotomi tujuan  pendidikan yang ada pada saat itu yaitu pendidikan Barat
              yang berorientasi keduniawian di satu sisi dan  dan pendidikan pesantren
              yang berorientasi pada akhirat semata di sisi yang lain. Inilah tujuan
              pendidika  ya  asas  da  sesua  denga  fitra  manusia  Pendidika  harusla
              memanusiakan manusia dan ditujukan untuk mengembangkan semua
              potensi manusia. Pendidikan macam inilah yang menurut Ahmad Tafsir akan
              melahirkan manusia-manusia unggul (Tafsir, 2010: 76).
                 Melalui pendidikan Ahmad Dahlan bercita-cita membentuk generasi
              muslim yang berkepribadian kuat dan utuh. Mereka adalah mansusia
              ya  me  kualifikas  religiusitas, intelektualitas dan tanggung jawab
              sosial. Pendidikan hendaknya  membentuk manusia yang dekat dengan
              masyarakatnya dan menjadi pemimpin yang memajukan bangsanya.

              D2. Pembaharuan Kurikulum dan Metode Pengajaran
              Ahmad Dahlan melakukan pembaharuan dalam bidang kurikulum dan
              metode pendidikan. Pertama, Ahmad Dahlan memasukkan mata pelajaran
              umum ke dalam  pendidikan lembaga pendidikan Islam. Selain mengikuti
              dan mengadopsi sistem kurikulum Belanda, di dalam sekolah Muhamadiyah
              juga mengajarkan ilmu-ilmu agama.  Metode belajar yang diterapkan juga
              menggunakan sistem klasikal dengan materi belajar terstruktur sesuai dengan
              jenjang pendidikan masing-masing kelas. Berbeda dengan pengajaran di
              pesantren yang menerapkan metode sorogan dan wetonan/bandungan.
                 Saat itu, terobosan yang dilakukan Ahmad Dahlan bukanlah hal yang
              mudah. Tantangan justru datang dari kalangan umat Islam sendiri. Ilmu-
                  dalam  pendanga  mereka  adala    kafi  ya  tida  pe
              untuk dipelajari. Sampai-sampai ada yang menuduh Ahmad Dahlan murtad,
              penganut Mu’tazilah yang menurut pemahaman akidah mereka dianggap


                                                                    K.H. Ahmad Dahlan    [29]
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36