Page 28 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 28
Indonesia terdikotomi antara pendidikan Islam dengan sistem pesantrennya
dan pendidikan umum dengan sistem kelasnya. Kiai Dahlan adalah salah satu
dari sedikit orang yang perihatan melihat keadaan ini sehingga ia membuat
terobosan baru dala dunia pendidikan dengan menyatukan antara keduanya.
(Zuharini, 1992: 199).
Kiai Dahlan melihat umat Islam saat itu terpuruk dalam kejumudan.
Mereka tertinggal bukan hanya dalam urusan keduniaan, namun untuk
masalah agama pun telah menyimpang jauh dari apa yang seharusnya. Di
sana-sini banyak umat Islam yang melakukan praktik bid’ah, yaitu amalan
agama yang tak diajarkan Nabi. Untuk mengatasi masalah ini, Kiai Dahlan
kemudian mendirikan sekolah. (Maarif, 1994: 218). Beberapa lembaga
pendidikan yang dirintis oleh Kiai Dahlan antara lain:
1) Kweekschool Muhammadiyah, Yogyakarta.
2) Mu’alimin Muhammadiyah, Solo dan Yogyakarta.
3) Mu’aliamat Muhammadiyah , Yogyakarta.
4) Zu’ama/Za’imat, Yogyakarta.
5) Kulliyah Muballigin, Madang, Panjang.
6) Tabligh School, Yogyakarta.
7) HIK Muhammadiyah, Yogyakarta.
8) HIS, Mulo, AMS, MI, MTS, Gusta Muhammadiyah dan lain – lain.
Melalui lembaga-lembaga pendidikan ini, Kiai Dahlan memperkenalkan
Islam dengan nuansa baru dan dengan dimensi pesan yang lebih universal.
Kiai Dahlan adalah seorang tokoh yang tidak begitu banyak meninggalkan
karya dalam bentuk tulisan, akan tetapi ia lebih banyak menampilkan sosok
praktisi. Kiai Dahlan mempraktikkan dengan baik apa yang disebut dengan
da’wah bi al-hal. Hal ini selaras dengan apa yang diungkapkan oleh Mukti Ali
bahwa:“Muhammad Abduh dikenal karena perbuatan dan tulisan-tulisannya,
namun Ahamad Dahlan dikenal karena perbuatannya.” (Ali, 1991: 208).
Ahmad Dahlan menerapkan sistem baru pada lembaga pendidikan
yang didirikannya. Ia melihat beberapa kelemahan sistem pendidikan Islam
[26] K.H. Ahmad Dahlan