Page 27 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 27
mengangkat senjata
saat itu belumlah tepat.
Ia memilih pendidikan
sebagai cara halus untuk
melawan Belanda. Di sini
Ahmad Dahlan terlihat
sebagai sosok yang penuh
strategi dan diplomatik. Ia
tidak mudah terpancing
dengan ria-riak emosi
yang muncul dari
kalangan masyarakat
Islam. Ahmad Dahlan tampak cerdik dalam memandang sesuatu. Apa yang
telah disuguhkan Belanda, terutama dalam bidang pendidikan menurutnya
tidaklah buruk semuanya. Ambil yang baik dan tinggalkan yang buruk (al-
muhafadzah ala al-qadiim as-shaaih wa al-akhdzu bi al-jadiid al-ashlah).
Demikianlah kiranya prinsip Ahmad Dahlan.
Atas pemikiran inilah kemudian Ahmad Dahlan mengambil langkah
konkrit. Ia merombak ruang tamu rumahnya menjadi ruang kelas. Langkah
ini dilakukan sebelum ia mendirikan Muhammadiyah, sebuah organisasi yang
dalam beberapa hal mungkin dapat ditafsirkan sebagai media dan strategi
politik. Jadi di sini terlihat jelas bahwa persoalan utama yang dipikirkan
Ahmad Dahlan adalah sebuah solusi di tengah berbagai masalah yang muncul
di Indonesia, bukan maksud politik dengan tujuan-tujuan pragmatis.
Rintisan Kiai Dahlan ini di kemudian hari terus berkembang seiring
dengan berkembangnya cabang-cabang Muhammadiyah di seantero
Indonesia. Tak mengherankan jika Kiai Dahlan masuk dalam jajaran
Pahlawan Nasional sebagai penghargaan atas jasa-jasanya bagi bangsa ini.
Ia adalah da’i yang sekaligus juga sebagai organisiator Islam yang mampu
mewujudkan suatu terobosan baru dalam sistem lembaga pendidikan Islam
yang terpadu dan sangat dibutuhkan pada saat itu. Saat itu, pendidikan di
K.H. Ahmad Dahlan [25]