Page 54 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 54
lebih dibutuhkan oleh manusia daripada makanan yang mengisi perutnya.
Pengajaran bagi manusia akan lebih cepat menambah besarnya akal
dibandingkan dengan tambah besarnya badan oleh makanan. ...sebenarnya
mencari harta benda dunia itu lebih payah daripada mencari pengetahuan
yang berfaedah dan memperbaiki perbuatan atau sikap dan tindakan.” 27
C. Asas Penolong Kesengsaraan Umum (PKU)
Bagaimana PKU ini bekerja, bisa dilihat dari azas PKU yang juga tampak
dari pidato dokter Soetomo pada saat meresmikan rumah sakit (poliklinik)
PKU yang kedua pada 1924 di Surabaya, mewakili Hoodbestuur
Muhammadiyah. 28 Jika kita amati isi pidato dokter Soetomo tersebut,
jelaslah bahwa ke-PKU-an bukan sekedar mengangkat derajat si Ma’un dari
lapis sosial paling bawah ke lapis menengah, namun terbersit gagasan besar
mengenai proposal pengembangan kehidupan dunia. Dokter Soetomo secara
terbuka menyatakan bahwa ke-PKU-an merupakan sekaligus pertolongan
bagi si Ma’un, juga suatu perlawanan terhadap paradigma kehidupan Barat
modern yang dikenal dengan Darwinisme.
Dokter Soetomo dalam Suara Muhammadiyah tersebut menyatakan:
“Meskipun perserikatan kami itu kelihatannya dan wujudnya ada berlainan
dengan perserikatan lainnya, yang timbul di dunia pada waktu yang kurang
lebih bersama-sama, yakni Perserikatan kami ini ada bersifat Islam, tetapi
pada hakikatnya Perserikatan kami itu tiada lain hanya satu dari pada
beberapa pertunjuk lahirnya pikiran baru, yang menggetarkan bahagian
ante dunia ya berfikir.”
Dokter Soetomo selanjutnya menyatakan: “Lagi pula boleh dikatakan
akan timbangan atau perlawanan pengajaran Darwin. Bukankah pengajaran
Darwin itu berasas peperangan hidup? Sudah tentu saja kejadiannya
pengajaran ini menindas dan memusnakan yang bersifat lembek. Karena
27 ). Kiai Ahmad Dahlan, Kesatuan Hidup Manusia (HB Majlis Taman Pustaka 1923), lihat
Abdul Munir Mulkhan, Pemikiran ... (Jakarta; Bumi Aksara, 1990), hlm 229.
28 ). Lihat Suara Muhammadiyah Tahun ke 5 Oktober 1924 hlm 170-171
[52] K.H. Ahmad Dahlan