Page 60 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 60
Muhammadiyah. Kiai Ahmad Dahlan sendiri terlibat aktif dalam sistem
kekuasaan Kerajaan Islam Jawa yang ketika itu berada dalam kontrol
Penguasa Kolonial.
Sejak sebelum kemerdekaan Muhammadiyah terlibat aktif dalam
Masyumi sebagai anggota istimewa yang selanjutnya dalam dinamika
kepartaian dalam beragam bentuk. Namun, reformasi sosial-budaya gerakan
ini terus berlangsung di bawah sinar ide-ide genial pendirinya hampir
tanpa contoh dalam sejarah Islam dan pemikiran tokoh pembaharu Islam
di berbagai belahan dunia. Ahmad Dahlan bisa dipastikan tidak pernah
membaca karya Max Weber yang baru beredar luas dalam edisi Inggris
tahun 1950-an. Sementara Weber belum pernah berkunjung ke negeri ini,
maka jika terdapat kesesuaian antara gagasan dan praktik keagamaan yang
dikembangkan Kiai Ahmad Dahlan dengan berbagai tesis Weber dan tradisi
kaum Calvinis, mungkin hal itu lebih merupakan sebuah “insiden kesesuaian
sosiologis” sunnatullah atau hukum alam.
Hubungan gagasan dan kerja sosial Kiai Ahmad Dahlan dengan
Muhammadiyah-nya dengan berbagai tesis Max Weber, bisa dilihat dari
beberapa fakta historis berikut ini. Max Weber sendiri lahir pada 1864
dan meninggal pada 1920, sementara Ahmad Dahlan lahir pada 1868 dan
meninggal pada 1923, tiga tahun sesudah Weber wafat. Bagian pertama karya
monumental Weber berjudul Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism,
terbit pertama kali pada 1904, ketika Dahlan sudah pergi haji yang kedua kali
(1883 dan 1902). Ide-ide awal Kiai Ahmad Dahlan sudah muncul beberapa
tahun sebelum ia berketetapan hati mendirikan Muhammadiyah yang baru
dimintakan izin ke Gubernur Jendral Hindia Belanda pada 18 November
1912 yang kemudian dijadikan penanda kelahiran organisasi ini.
D1. Paralelitas Alquran dan Kemanusiaan
Dalam dua dokumen yang telah disebut di atas, Kiai Ahmad Dahlan
menyatakan adanya paralelitas tafsir atas Alquran dengan akal suci dan
temuan iptek. Karena itu ia menganjurkan umat Islam untuk mempelajari
[58] K.H. Ahmad Dahlan