Page 63 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 63

Kebenaran dan kebaikan Islam bagi semua orang bisa diperoleh jika
              ajaran Islam yang termaktub dalam Kitab Alquran dipahami dan diterapkan
              dengan mempergunakan akal pikiran dan hati suci serta sikap welas-asih
              (cinta-kasih). Melalui pemikiran mendalam dan ke-welas-asih-an itulah,
              setiap Muslim bisa menemukan kebenaran dan kebaikan di dalam praktik
              kehidupan manusia berbeda agama, ideologi politik dan kebangsaannya.
              Hanya dengan jalan demikian dengan kerja keras penuh pengorbanan tanpa
              kenal lelah hingga kematian menjemput, kemajuan peradaban dan iptek
              terus bisa dikembangkan, keselamatan dunia dan kemanusiaan universal bisa
              dicapai.

                 Paparan berkaitan dengan berbagai problem epistemologi, keselamatan
              inklusif di dunia dan kemanusiaan universal tersebut bisa dikaji dari dua
              dokumen penting yang terbit pada 1923 dan 1924 yang lahir dari pemikiran
              Kiai Ahmad Dahlan. Dokumen pertama, terbit berjudul Praeadvies Dari
              Hoofdbestuur Perserikatan Moehammadiyah di Yogjakarta Pada Konggres
              Islam Besar Ceribon. Konggres Islam pertama di Cirebon itu berlangsung
              pada 1921. Dokumen kedua berjudul Kesatuan Hidup Manusia  diduga
              merupakan transkrip pidato terakhir Kiai Ahmad Dahlan pada Konggres
                                          31
              gerakan ini pada Desember 1922.
                 Akal suci bagi Kiai Ahmad Dahlan ialah jalan pikiran sesuai fakta, berpikir
              secara cermat dan kritis, penempatan hasil pemikiran bukan kebenaran final,

              dengan tujuan mencari yang lebih bermanfaat bagi kebaikan hidup orang
              banyak. Akal suci demikian hanya mungkin tumbuh melalui pendidikan yang
              penerapannya memerlukan hati suci dan sikap welas-asih. Apa yang disebut
              hati suci dan welas-asih menurut Dahlan ialah kesediaan manusia menahan
              nafsu, bersedia berkurban serta tidak kikir dan malas dalam memperjuangkan
              kebaikan dan kebenaran, menjadikan keluhuran dunia bukan sebagai tujuan
              final, melainkan sebagai jalan mencapai keluhuran akhirat.

              31). Abdul Munir Mulkhan, Pemikiran Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah
                 (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), hlm 223-243; lihat Charles Kurzman, “The
                 Unity of Human Life” dalam Modernist Islam 1840-1940, Oxford Universty
                 Press, 2002, hlm 344-339.



                                                                    K.H. Ahmad Dahlan    [61]
   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68