Page 66 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 66
tersebut. Di tengah malam dengan diantar Kanjeng Kiai Penghulu, Kiai
Dahlan diterima Sang Raja dalam sebuah ruangan tanpa diterangi lampu.
Sang Raja mendengar penjelasan Kiai Ahmad Dahlan. Setelah Kiai Dahlan
selesai menguraikan gagasannya, Raja Jogja itu bersabda bahwa acara grebeg
tetap dilaksanakan sesuai tradisi Jawa dan Kiai Ahmad Dahlan dipersilahkan
menyelenggarakan Salat Hari Raya sehari lebih dahulu sesuai ajaran Islam.
Selesai bersabda, lampu di ruangan di mana Raja sedang menerima Kiai
Dahlan menghadap itu pun dinyalakan. Betapa terkejut Kiai Dahlan, karena
Sang Raja didampingi para pangeran dan pejabat kerajaan lainnya. Melihat
gelagat keterkejutan Kiai Dahlan itu, Sang Raja kembali bersabda bahwa
pemadaman lampu itu sengaja dilakukan agar Kiai Dahlan tidak merasa
kikuk ketika menyampaikan pandangan dan usulannya kepada Raja. Salat
Hari Raya pun berlangsung sehari lebih awal dan gerebeg berlangsung sehari
sesudah Hari Raya.
Sikap Kiai Dahlan tersebut di atas bersumber dari pandangannnya
tentang Islam dan pemahamannya atas Alquran. Gagasan dasar Kiai Dahlan
seperti telah diuraikan di bagian terdahulu tampak mendasari seluruh inovasi
kreatif bersumber pada tafsir pragmatis dan fungsionalnya atas berbagai ayat
dalam kitab suci Alquran. Kiai Ahmad Dahlan memandang bahwa tafsir
atas ayat-ayat Alquran merupakan pengetahuan yang kompatibel terhadap
seluruh temuan iptek dan pengalaman hidup manusia dari beragam bangsa
dan pemeluk agama. Seluruh gagasan dan kerja Kiai Ahmad Dahlan tercurah
untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana kebenaran pemahaman atas
ayat-ayat Alquran itu berfungsi bagi pemecahan berbagai problem kehidupan
umat manusia. Melalui jalan demikian itulah menurut pendapatnya, ajaran
Islam akan benar-benar berfungsi bagi kebaikan hidup seluruh umat manusia
dan keselamatan hidup di dunia dan akhirat.
Gagasan tentang kebenaran dan kebaikan sebagai tafsir Alquran dalam
hubungan dengan pengalaman universal kemanusiaan (global dan lokal)
tampak mewarnai sikap hidup dan luas hubungan sosialnya. Kiai Ahmad
Dahlan adalah salah seorang pejabat di lingkungan kerajaan Yogyakarta
[64] K.H. Ahmad Dahlan