Page 62 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 62

pendidikan pemeluk Islam yang seperti dininabobokkan kepercayaan atas
                   takdir seperti mendasari seluruh kerja kerasnya melalui Muhammadiyah
                   menggerakkan semua lapisan sosial mengubah nasib sosial pemeluk Islam di
                   negeri ini berdasar prinsip cinta-kasih.
                       Gerakan yang dipelopori Kiai Ahmad Dahlan lebih merupakan suatu
                   praktik dari pragmatisasi humanis yang diletakkan di atas dasar etika puritan
                   yang berkali-kali ia sebut sebagai tafsir Alquran dengan akal suci. Dalam
                   mengembangkan berbagai kerja sosial, Kiai Dahlan belajar pada pengalaman
                   kaum Kristiani  dengan melibatkan elite intelektual Jawa dan intelektual
                   asing, terutama Belanda yang beragama Nasrani dan datang ke negeri ini
                   sebagai bagian dari kebijakan politik Pemerintah Kolonial ketika itu.
                       Dr. Soetomo, priayi Jawa, begitu tertarik dengan kerja sosial
                   Muhammadiyah dan terlibat aktif dalam kegiatan kesehatan. Walaupun awam
                   dalam ilmu keagamaan dokter ini kemudian diangkat sebagai Penasehat
                   Muhammadiyah khusus untuk bidang medis dan kesehatan. Bersama dokter-
                   dokter Belanda  mereka bersedia bekerja di Rumah Sakit Muhammadiyah
                   tanpa menerima gaji. Seorang penulis Serat Syech Siti Jenar yang terkenal
                   itu, Brotokesowo, pernah diangkat sebagai anggota panitia verifikasi komisi
                   di dalam  Konggres Muhammadiyah 1924, setahun sesudah Kiai Dahlan
                   wafat. Seluruhnya dilakukan bagi kepentingan pragmatisasi humanis ajaran
                   Islam tersebut.

                       D2.   Prinsip Welas-Asih
                   Kesatuan kemanusiaan merupakan pengetahuan yang meliputi seluruh
                   sejarah dari bangsa-bangsa di dunia sebagai dasar pencapaian kebahagiaan
                   hidup bersama seluruh umat manusia. Pernyataan itu mengawali uraian
                   ringkas Kiai Ahmad Dahlan tentang kesatuan ilmu dan kemanusiaan,
                   kesatuan kebenaran yang bersumber Alquran dengan temuan ilmu pentehuan
                   & teknologi (iptek) dan pengalaman kemanusiaan. Bagi Kiai Ahmad Dahlan,
                   kebenaran dan kebaikan ajaran Islam ketika memberi manfaat orang banyak
                   tidak terbatas dinikmati golongannya sendiri, tapi bagi seluruh kemanusiaan.


               [60]    K.H. Ahmad Dahlan
   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67