Page 64 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 64

Berdasar pemikirannya tersebut, Kiai Dahlan memandang bahwa hanya
                   ada satu kebenaran dan kebaikan yaitu yang benar-benar terbukti bermanfaat
                   bagi kebaikan hidup banyak orang. Kebaikan dan kebenaran demikian secara
                   empiris bisa diperoleh dari cara dan pengalaman hidup beragam umat manusia
                   dengan beragam agama yang dipeluk. Pandangan demikian tercermin dalam
                   judul artikel “Kesatuan Hidup Manusia” yang diduga merupakan transkrip
                   pidato terakhirnya dalam konggres Muhammadiyah bulan Desember pada
                   1922 yang baru terbit pada 1923, beberapa bulan sesudah wafat pada Februari
                   1923. Gagasan utama Kiai Ahmad Dahlan tersebut juga tercermin dalam
                   rekomendasi pendidikan Islam dalam Konggres Islam pertama di Cirebon
                   pada 1921.
                       Pandangan tersebut di atas menjelaskan sikap Kiai Dahlan menerima
                   pengalaman kaum Kristiani sebagai dasar pengembangan sekolah modern,
                   rumah sakit, penyantunan kaum tertindas dan terlantar, pemberdayaan
                   perempuan di ruang publik. Dari pandangan serupa Kiai Dahlan mempergunakan
                   jasa managemen modern dalam mengelola dan menerapkan hampir seluruh
                   praktik ritual Islam, seperti; Salat (Khutbah Jumat dan Hari Raya dengan bahasa
                   Indonesia), Puasa (segera berbuka saat maghrib tiba, makan sahur 10 menit
                   sebelum waktu Subuh, Salat Tarwih disertai ceramah), mengatur perjalanan
                   ibadah Haji, mengelola Zakat harta dan Fitrah serta ibadah Kurban dengan
                   panitia yang peruntukkannya bagi pemberdayaan si Ma’un, fakir-miskin dan
                   berbagai kepentingan sosial lain. Tujuan utamanya ialah bagaimana penerapan
                   semua bentuk ajaran ritual Islam benar-benar berfungsi bagi kebaikan hidup
                   sebanyak mungkin manusia dan bisa memecahkan problem kehidupan yang
                   mereka hadapi secara pragmatis dan praktis.
                       Kunci pengembangan sikap hidup seperti di atas dan pengembangan
                   kemampuan menggunakan akal pikiran dan hati suci menurut Kiai Dahlan
                   hanya mungkin diperoleh melalui pendidikan. Ilmu pengetahuan yang
                   dikuasai dan dimiliki seseorang bukanlah hadiah atau hidayah dari Tuhan,
                   tapi merupakan perolehan dari kegiatan belajar. Untuk itu, semua orang harus
                   memiliki dan terus mengembangkan etos pendidikan dan belajar dengan cara




               [62]    K.H. Ahmad Dahlan
   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69