Page 137 - Catatan Peradaban Islam
P. 137
tidak akan pernah terjadi pada diri seorang Ali yang
berkepribadian kukuh dan bermental baja. Cintanya yang
men-dalam pada setiap manusia mendorong dirinya untuk
tidak menunjukkan kemu-rahan hati kepada orang yang
mencelakakan rakyat, walaupun ia harus mengor-bankan
hidupnya dalam perjuangan melawan melawan mereka.
Orang yang menganggap sikap berdiam diri di hadapan
penindas sebagai tanda cinta, kebaikan dan
kelamahlembutan adalah kebohongan dan sebagai
pembohong atau tidak mengenal watak manusia, karena
keadaan yang sebenarnya adalah sebaliknya. Cinta dan
kebaikan yang sesungguhnya kepada umat manusia berarti
menindak para penindas dengan keras dan tegas sehinga
mereka membebaskan menusia dari perbudakan. Dalam
keadaan tertentu keramahan dan kelembutan memaksa
manusia untuk bertindak amat keras.
Menusia mencintai keindahan sebagaiman ia membenci
keburukan. Ia membenci ketidakadilan dan penuindasan
sebagaimana ia menginginkan keadilan. Ia sama takut akan
dinginnya kematian sebagaimana ia menyukai hangatnya
kehidupan. Seseorang tak dapat menebaskan pedang leher
pendurhaka dan penundas, kecuali apabila ia memandang
kehidupan sebagai suatu rahmat. Singkatnya orang yang
tidak dapat membenci tak akan dapat pula mencintai.
Bukti yang sangat jelas mengenai kenyataan itu ialah
bahwa Ali sama kerasnya terhadap para penindas
sebagaimana ramahnya pada orang lain, dan ia siap sedia
untuk bersikap amat tegas dalam membasmi ketidakadilan
seperti yang dapat dilihat dari peristiwa yang berkenaaan
dengan Saudah binti Ammarah Hamdaniah.
130 | Asep Solikin dan M. Fatchurahman