Page 177 - Catatan Peradaban Islam
P. 177
Muhammad bin Abu Bakar Asshidiq yang mengadakan
pemberontakan beserta pengikutnya. Namun, isi surat
tersebut diketahui orang-orang Mesir menangkap si
pembawa surat. HAl-itu mengakibatkan khalifah Usman di
bunuh oleh orang-orang dari Mesir. Dengan alasan menuntut
kematian Usman Ra, Marwan bin Hakam berada di pihak
Aisyah binti Abu Bakar yang berhadapan dengan Ali bin Abi
Thalib dalam perang unta yang menimbulkan korban dari
kaum muslimin.
Pada masa pemerintahan Mu’awiyah bin Abu Sufyan,
Marwan bin Hakam menjadi gubernur Madinah, dan pada
masa pemerintahan Yazid, putra Mu’awiyah, ia menjadi
pembantu dekat dan penasehat Yazid. Oleh karena dekat
dengan kalangan istana, ia tinggAl-di Damaskus yang pada
waktu itu menjadi pusat pemerintahan.
Ketika Mu’awiyah II (Putra dan pengganti Yazid)
meninggAl-dunia tanpa meninggalkan pengganti yang pasti,
terjadilah perpecahan dikalangan bani Uma-yah. Marwan
bin Hakam hampir saja membaiat Abdullah bin Azzubair
(cucu Abu Bakar Asshisidiq) menjadi khalifah, namun
Ubaidillah bin Ziyad (kemenakan Mu-’awiyah)
mempengaruhinya untuk mencalonkan dirinya sendiri
sebagai khalifah.
Perjalanan ke kursi kekhalifan tidaklah mulus. Bangsa
Arab utara (Bani Qois) condong memilih Ibnu Zubair sebagai
khalifah. Sementara sebagian bangsa Selatan atau Bani Qolb
mencalonkan Marwan sebagai khalifah dan sebagian lainnya
mencalonkan Khalid bin Yazid bin Mu’awiyah. Perselisihan
di kalangan Aran Selatan dapat diselesaikan dalam
Muktamar Al-Zabiah pada bulan Dzul-qa’dah yang
memutuskan Marwan bin Hakam sebagi khalifah dan Khalid
170 | Asep Solikin dan M. Fatchurahman