Page 231 - Catatan Peradaban Islam
P. 231
unsur-unsur pendukung Al-Amin untuk bernapas lega dan
secara perlahan-lahan memperlihatkan dirinya sebagai
lawan terbuka. Ia juga dapat menyelami kemelut-kemelut
yang terjadi dan cara menghadapinya nanti setelah ia
kembali ke ibu kota (Baghdad). Tetapi pertempuran
berikutnya malah terjadi bukan di Irak atau Kurasan, tetapi
di Suriah, kemudian di Kuffah, melawan keluarga Alawiyyin
(keturunan Ali Bin Abi Thalib) yang ingin memisahkan diri
dari kekuasaan pusat. Semuanya itu dapat dipatahkan oleh
pasukan Al-Ma’mun.
Ada beberapa kebijakan Al-Ma’mun selama
kekhalifahannya yang menurut sejarawan sangat
mempengaruhi perkembangan Islam selanjutnya. Dia
memajukan ilmu pengetahuan dalam berbagai macam
bidang ilmu. Untuk itu pada tahun 830 di Baghdad, ia
mendirikan bait Al-Hikmah, perpustakaan terbesar pada
zamannya, yang juga berfungsi sebagai akademi dan balai
terjemah. Lembaga ini yang sebenarnya telah dirintis oleh
Harun Al-Rasyd, menterjemahkan buku-buku yang berasal
dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab di bawah
pimpinan Hunai bin Ishaq (wafat 873), seorang dokter
beragama kristen Nestorian, yang menguasai berbagai
bahasa. Para penerjemahnya diberikan imbalan 500 dinar
perbulan dan Al-Ma’mun sendiri yang melakuakn
pembayarannya.
Maka filsafat, kebudayaan dan sekolahan Yunani seperti
di Antiokia (Turki) sangat berpengaruh di Baghdad. Karya-
karya sastra, karya ilmiah, dan filsafat Yunani menjadi
berkembang. Sikap keagamaan yang bebas dan rasioanal
juga berkembang, sebagaimana aliran Mu’tazilah yang
merupakan aliran teologi rasioanal. Dua buah tempat
224 | Asep Solikin dan M. Fatchurahman