Page 229 - Catatan Peradaban Islam
P. 229

Abbasiyah  menganggap  diri  mereka  sebagai  khalifah
            pengganti Nabi SAW dan sekaligus juga khalifah di bumi.
                 Al-Ma’mun lahir pada pertengahan bulan Robi’ul Awal
            pada malam Jum’at tahun 170 H/75 M. Bapaknya bernama
            Harun Al-Rasyid (khallifah Abbasiyyah kelima, 170-194 H/
            786-809  M).  Ibunya  bernama  Marajil,  keturunan  bangsa
            Persia  (Iran), yang  meninggal sewaktu  melahirkannya. Al-
            Ma’mun  punya  tiga  saudara,  yakni  Al-Amin  (khalifah
            keenam, 194-198 H/ 809-813 M), Ibrahim, dan Al-Mu’tasim
            khalifah kedelapan, 218-228 H/ 833-842 M).

                 Semasa  kecilnya  Al-Ma’mun  sudah  mempelajari  ilmu
            pengetahuan. Dia banyak belajar hadis dari bapaknya Harun
            ar-Rasyid  dan  guru-guru  lainnya  seperti  Hasyib,  Abid  bin
            Awam Yusuf bin Atiyah dan lain-lain. Di sampingitu juga ia
            belajar sastra, fikih, tata bahasa Arab dan filsafat. Al-Ma’mun
            termasuk keturunan Bani Abbas yang pintar, berpendirian
            kokoh  punya  cita-cita  tinggi,  penyantun,  berpengetahuan,
            berfikir logis, dan dermawan.

                 Al-Ma’mun diangkat menjadi khalaifah ketujuh sewaktu
            berumur 28 tahun dan memerintah selama 20 tahun. Masa
            pemerintahannya  (198-218  H/  813-833  M)  dipandang
            sebagai  puncak  keemasan  dan  kebesaran  daulah
            Abbasiyyah.

                 Pengangkatannya  sebagai  khalifah  dilatarbelakangi
            oleh perang saudara dengan pasukan al-Amin. Sewaktu al-
            Amin  menjabat  sebagai  khalifah  di  Baghdad,  Al-Ma’mun
            menjadi  gubernur  (amir)  di  kota  Khurasan  (merv,  kini
            masuk  Iran),  ibu  kota  Asia  Tengah  waktu  itu.  Al-Amin
            dipengaruhi  oleh  perdana  mentrinya  (wajir)  untuk
            membatalkan  pewarisan  kekhalifahan  kepada  Al-Ma’mun
            dan mengangkat anak kandungnya sendiri, Musa Al-Amin.

            222 | Asep Solikin dan M. Fatchurahman
   224   225   226   227   228   229   230   231   232   233   234