Page 230 - Catatan Peradaban Islam
P. 230
Al-Ma’mun mencium adanya rencana ini dan
kemarahannya bangkit. Dipihak lain Al-Amin sadar akan
perasaan saudaranya itu maka ia mengutus utusannya ke
Khurasan untuk membawa Al-Ma’mun ke Baghdad. Utusan
itu ditolak oleh Al-Ma’mun dan atas penolakan ini Al-Ma’mun
mengirim pasukan ke Khurasan. Al-Ma’mun yang
mengetahui hal itu, segera mempersiapkan pasukan dan
menyusul ke kota Rayy (Teheran sekarang). Disini terjadi
pertempuran dengan kekalahan dipihak pasukan al-Amin.
Serangan Al-Amin kedua kalinya juga gagal karena
terjadi selisih pendapat antara para panglimanya. Akhirnya
Al-Ma’mun mengepung Baghdad selama hampir satu tahun
yang mengakibatkan Al-Amin meninggal dunia. Setelah itu
naiklah Al-Ma’mun sebagai khalifah ketujuh dari Dinasti
Abbasiyyah.
Sampai enam tahun berikutnya (198-204 H/813-819
M), ia tetap berke-dudukan di Khurasan dan baru setelah itu
memindahkan kedudukannya ke Baghdad. Maka selama
waktu tersebut, ia lebih dipandang sebagai tokoh di Iran dan
Khurasan dari pada tokoh bangsa Arab.
Kebijaksanaan ini diambil Al-Ma’mun dengan tujuan:
pertama, ia ingin mendinginkan perasaan dan reaksi
penduduk ibu kota atas wafatnya saudaranya Al-Amin;
kedua, ia menjajaki kekuatan pendukung saudaranya itu
dalam ling-kungan keluarga Abbasiyyah. Ia ingin menyelami
pendirian sebenarnya keluarga Abbasiyyah tentang dirinya,
karena semenjak kecilnya ia lebih cenderung kepada
keluarga ibunya (keturunan persia) dari pada keluarga
bapaknya (keturunan Arab).
Di lain pihak kebijaksanaan untuk tinggal beberapa
tahun di Khurasan adalah guna memberikan kesempatan
Catatan Peradaban Islam | 223