Page 241 - Catatan Peradaban Islam
P. 241
ada, tidakkah mungkin tasawuf timbul dari dalam diri Islam
sendiri?
Hakekat tasawuf kita adalah mendekatkan diri kepada
Tuhan. Dalam ajaran Islam, Tuhan memang dekat sekali
dengan manusia. Dekatnya Tuhan kepada manusia disebut
al-Qur'an dan Hadits. Ayat 186 dari surat al-Baqarah
mengatakan, "Jika hambaKu bertanya kepadamu tentang
Aku, maka Aku dekat dan mengabulkan seruan orang yang
memanggil jika Aku dipanggil."
Kaum sufi mengartikan do'a disini bukan berdo'a, tetapi
berseru, agar Tuhan mengabulkan seruannya untuk melihat
Tuhan dan berada dekat kepada-Nya. Dengan kata lain, ia
berseru agar Tuhan membuka hijab dan menampakkan diri-
Nya kepada yang berseru. Tentang dekatnya Tuhan,
digambarkan oleh ayat berikut, "Timur dan Barat kepunyaan
Tuhan, maka kemana saja kamu berpaling di situ ada wajah
Tuhan" (QS. al-Baqarah 115). Ayat ini mengandung arti
bahwa dimana saja Tuhan dapat dijumpai. Tuhan dekat dan
sufi tak perlu pergi jauh, untuk menjumpainya.
Ayat berikut menggambarkan lebih lanjut betapa
dekatnya Tuhan dengan manusia, "Telah Kami ciptakan
manusia dan Kami tahu apa yang dibisikkan dirinya
kepadanya. Dan Kami lebih dekat dengan manusia daripada
pembuluh darah yang ada di lehernya (QS. Qaf 16). Ayat ini
menggambarkan Tuhan berada bukan diluar diri manusia,
tetapi di dalam diri manusia sendiri. Karena itu hadis
mengatakan, "Siapa yang mengetahui dirinya mengetahui
Tuhannya."
Untuk mencari Tuhan, sufi tak perlu pergi jauh; cukup
ia masuk kedalam dirinya dan Tuhan yang dicarinya akan ia
jumpai dalam dirinya sendiri. Dalam konteks inilah ayat
234 | Asep Solikin dan M. Fatchurahman