Page 244 - Catatan Peradaban Islam
P. 244

dan minum hanya untuk mempertahankan kelanjutan hidup.
               Ia  sedikit  tidur  dan  banyak  beribadat.  Pakaiannyapun
               sederhana.  Ia  menjadi  orang zahid  dari  dunia, orang yang
               tidak bisa lagi digoda oleh kesenangan dunia dan kelezatan
               materi.  Yang  dicarinya  ialah  kebahagiaan  rohani,  dan  itu
               diperolehnya dalam berpuasa, melakukan shalat, membaca
               al-Qur'an dan berdzikir.

                   Kalau kesenangan dunia dan kelezatan materi tak bisa
               menggodanya  lagi,  ia  keluar  dari  pengasingannya  masuk
               kembali  ke  dunianya  semula.  Ia  terus  banyak  berpuasa,
               melakukan shalat, membaca al-Qur'an dan berdzikir. Ia juga
               akan  selalu  naik  haji.  Sampailah  ia  ke  stasion  wara'.  Di
               stasion  ini  ia  dijauhkan  Tuhan  dari  perbuatan-perbuatan
               syubhat. Dalam literatur tasawuf disebut bahwa al-Muhasibi
               menolak  makanan,  karena  di  dalamnya  terdapat  syubhat.
               Bisyr  al-Hafi  tidak  bisa  mengulurkan  tangan  ke  arah
               makanan yang berisi syubhat.
                   Dari stasion wara', ia pindah ke stasion faqr. Di stasion
               ini ia menjalani hidup kefakiran. Kebutuhan hidupnya hanya
               sedikit  dan  ia  tidak  meminta  kecuali  hanya  untuk  dapat
               menjalankan  kewajiban-kewajiban  agamanya.  Bahkan  ia
               tidak meminta sungguhpun ia tidak punya. Ia tidak meminta
               tapi tidak menolak pemberian Tuhan.
                   Setelah menjalani hidup kefakiran ia sampai ke stasion
               sabar. Ia sabar bukan hanya dalam menjalankan perintah-
               perintah Tuhan yang berat dan menjauhi larangan-larangan
               Tuhan  yang  penuh  godaan,  tetapi  juga  sabar  dalam
               menerima  percobaan-percobaan  berat  yang  ditimpakan
               Tuhan  kepadanya.  Ia  bukan  hanya  tidak  meminta
               pertolongan dari Tuhan, bahkan ia tidak menunggu-nunggu
               datangnya pertolongan. Ia sabar menderita. Selanjutnya ia


                                                 Catatan Peradaban Islam | 237
   239   240   241   242   243   244   245   246   247   248   249