Page 247 - Catatan Peradaban Islam
P. 247
mataku karena Engkau, janganlah sembunyikan keindahan-
Mu yang kekal itu dari pandanganku."
Sewaktu malam telah sunyi ia berkata, "Tuhanku,
bintang di langit telah gemerlapan, mata-mata telah
bertiduran, pintu-pintu istana telah dikunci, tiap pecinta
telah berduaan dengan yang dicintainya, dan inilah aku
berada di hadirat-Mu." Ketika fajar menyingsing ia dengan
rasa cemas mengucapkan, "Tuhanku, malam telah berlalu
dan siang segera akan menampakkan diri. Aku gelisah,
apakah Engkau terima aku sehingga aku bahagia, ataukah
Engkau tolak sehingga aku merasa sedih. Demi
keMahakuasaan-Mu inilah yang akan kulakukan selama
Engkau beri hajat kepadaku. Sekiranya Engkau usir aku dari
depan pintuMu, aku tidak akan bergerak, karena cintaku
kepada-Mu telah memenuhi hatiku."
Pernah pula ia berkata, "Buah hatiku, hanya Engkaulah
yang kukasihi. Beri ampunlah pembuat dosa yang datang ke
hadiratMu, Engkau harapanku, kebahagiaan dari
kesenanganku. Hatiku telah enggan mencintai selain
Engkau." Begitu penuh hatinya dengan rasa cinta kepada
Tuhan, sehingga ketika orang bertanya kepadanya, apakah ia
benci kepada setan, ia menjawab, "Cintaku kepada Tuhan
tidak meninggalkan ruang kosong di dalam hatiku untuk
benci setan."
Cinta tulus Rabi'ah al-'Adawiah kepada Tuhan, akhirnya
dibalas Tuhan, dan ini tertera dari syairnya yang berikut:
Kucintai Engkau dengan dua cinta,
Cinta karena diriku dan cinta karena diri-Mu,
Cinta karena diriku
240 | Asep Solikin dan M. Fatchurahman