Page 251 - Catatan Peradaban Islam
P. 251

fana' adalah hancur sedangkan baqa' berarti tinggal. Sesuatu
            didalam diri sufi akan fana atau hancur dan sesuatu yang lain
            akan baqa atau tinggal. Dalam literatur tasawuf disebutkan,
            orang  yang  fana  dari  kejahatan  akan  baqa  (tinggal)  ilmu
            dalam  dirinya;  orang  yang  fana  dari  maksiat  akan  baqa
            (tinggal)  takwa  dalam  dirinya.  Dengan  demikian,  yang
            tinggal  dalam  dirinya  sifat-sifat  yang  baik.  Sesuatu  hilang
            dari  diri  sufi  dan  sesuatu  yang  lain  akan  timbul  sebagai
            gantinya.  Hilang  kejahilan  akan  timbul  ilmu.  Hilang  sifat
            buruk  akan  timbul  sifat  baik.  Hilang  maksiat  akan  timbul
            takwa.
                 Untuk  sampai  ke  ittihad,  sufi  harus  terlebih  dahulu
            mengalami al-fana' 'an al-nafs, dalam arti lafdzi kehancuran
            jiwa.  Yang  dimaksud  bukan  hancurnya  jiwa  sufi  menjadi
            tiada, tapi kehancurannya akan menimbulkan kesadaran sufi
            terhadap diri-Nya. Inilah yang disebut kaum sufi al-fana' 'an
            al-nafs wa al-baqa, bi 'l-Lah, dengan arti kesadaran tentang
            diri sendiri hancur dan timbullah kesadaran diri Tuhan. Di
            sini  terjadilah  ittihad,  persatuan  atau  manunggal  dengan
            Tuhan.
                 Mengenai  fana',  Abu  Yazid  mengatakan,  "Aku
            mengetahui  Tuhan  melalui  diriku  hingga  aku  hancur,
            kemudian aku mengetahui-Nya melalui diri-Nya dan akupun
            hidup.   Sedangkan   mengenai   fana   dan   baqa',  ia
            mengungkapkan  lagi,  "Ia  membuat  aku  gila  pada  diriku
            hingga aku mati. Kemudian Ia membuat aku gila kepada diri-
            Nya, dan akupun hidup." Lalu, diapun berkata lagi, "Gila pada
            diriku  adalah  fana'  dan  gila  pada  diri-Mu  adalah  baqa'
            (kelanjutan hidup)."
                 Dalam  menjelaskan  pengertian  fana',  al-Qusyairi
            menulis, "Fananya seseorang dari dirinya dan dari makhluk


            244 | Asep Solikin dan M. Fatchurahman
   246   247   248   249   250   251   252   253   254   255   256