Page 255 - Catatan Peradaban Islam
P. 255
bahwa ia adalah Tuhan. Itu adalah kata-kata Tuhan yang
diucapkan melalui lidah Abu Yazid. Sufi lain yang mengalami
persatuan dengan Tuhan adalah Husain Ibn Mansur al-Hallaj
(858-922 M), yang berlainan nasibnya dengan Abu Yazid.
Nasibnya malang karena dijatuhi hukuman bunuh, mayatnya
dibakar dan debunya dibuang ke sungai Tigris. Hal ini karena
dia mengatakan, "Ana 'l-Haqq" (Akulah Yang Maha Benar).
Pengalaman persatuannya dengan Tuhan tidak disebut
ittihad, tetapi hulul. Kalau Abu Yazid mengalami naik ke
langit untuk bersatu dengan Tuhan, al-Hallaj mengalami
persatuannya dengan Tuhan turun ke bumi. Dalam literatur
tasawuf hulul diartikan, Tuhan memilih tubuh-tubuh
manusia tertentu untuk bersemayam didalamnya dengan
sifat-sifat ketuhanannya, setelah sifat-sifat kemanusiaan
yang ada dalam tubuh itu dihancurkan.
Di sini terdapat juga konsep fana, yang dialami Abu
Yazid dalam ittihad sebelum tercapai hulul. Menurut al-
Hallaj, manusia mempunyai dua sifat dasar: nasut
(kemanusiaan) dan lahut (ketuhanan). Demikian juga Tuhan
mempunyai dua sifat dasar, lahut (ketuhanan) dan nasut
(kemanusiaan). Landasan bahwa Tuhan dan manusia sama-
sama mempunyai sifat diambil dari hadits yang menegaskan
bahwa Tuhan menciptakan Adam sesuai dengan bentuk-
Nya.
Hadits ini mengandung arti bahwa didalam diri Adam
ada bentuk Tuhan dan itulah yang disebut lahut manusia.
Sebaliknya didalam diri Tuhan terdapat bentuk Adam dan
itulah yang disebut nasut Tuhan. Hal ini terlihat jelas pada
syair al-Hallaj sebagai berikut:
Maha Suci Diri Yang Sifat kemanusiaan-Nya
248 | Asep Solikin dan M. Fatchurahman