Page 287 - Catatan Peradaban Islam
P. 287
Ia pun berpendapat tentang usaha mengasingkan diri
dari masyarakat yang bodoh. Karena dalam pandangannya,
Orang yang menyaksikan adanya kebodohan pada
tingkahlaku umum, wajib menjauhkan diri, paling tidak pada
alam fikiran. Dalam kaitan dengan pandangan ini. Usahanya
untuk mewujudkan tersebut dengan ia menyebut karya
utamanya sebagai Adab Al-Uzlah (tata cara mengasingkan
diri). Karyanya tersebut adalah sebagai motivasi
peningkatan moral, dan kesimpulannya dirumuskan dalam
bentuk analisis yang mendalam tentang akal dan fikiran
manusia. Analisis yang demikian merupakan hal yang
menarik perhatian para filosof generasi berikutnya.
Ketika Zaragoza jatuh ketangan Al-Fonso I, raja Aragon,
pada tahun 51 H/ 1118 M, Ibnu Bajjah pergi ke Sevile dan
tinggal disana sebagai dokter. Sesudah Sevile juga diduduki
raja Al-Fonso beberapa waktu kemudian ia pindah ke
Granada. Di Syatibah (Jativa, selatan Valencia, Spanyol), ia
dipenjarakan oleh amir setempat dengan tuduhan membuat
bid’ah, tetapi segera dibebaskan lagi.
Setelah bebas ia pergi ke Fez (kini di Maroko),
memasuki istana gubernur Abu Yahya bin Yusuf bin Tasyfin
dan menjadi pejabat tinggi berkat kemampuan dan
pengetahuan. Dia memegang jabatan tinggi itu selama dua
puluh tahun. Musuh-musuhnya mencap dirinya sebagai ahli
bid’ah dan beberapa kali berusaha mengadakan
pembunuhan terhadap dirinya. Seusai usaha itu gagal dan
baru berhasil dilakukan oleh seorang dokter termasyhur,
Abul A’la bin Zuhur dengan racun yang dibubuhi ke dalam
makanannya.
280 | Asep Solikin dan M. Fatchurahman