Page 291 - Catatan Peradaban Islam
P. 291
untuk kedua kalinya. Tetapi untuk kedua kalinya juga Sultan
Bani Ahmar mengusir dirinya untuk kembali ke Afrika Utara.
Sesampainya di Tilmisan, Ibnu Khaldun tetap di terima
oleh Abu Hammu, meskipun ia sudah pernah bersalah
kepada penguasa Tilmisan itu. Ia berjanji untuk tidak terjun
kembali dalam dunia politik. Ia menetap di Qol’at Ibnu
Salamah dan di sinilah ia mengarang kitab yang sangat
terkenal di kemudian hari. Kitab itu antara lain Al-I’bar wa
Diwan Al-Mubtada wa Al-Akhbar fi Ayyam Al-Arab wa Al-
’Ajam wa Al-Barbar (sejarah umum) yang berisi tentang
kajian sejarah dan masa-lah-masalah sosial manusia.
Muqodimah itu membuka jalan menuju pembahasan
ilmu-ilmu sosial. Oleh karena itu, dalam sejarah Islam Ibnu
Khaldun dianggap sebagai peletak ilmu-ilmu dasar sosial dan
politik Islam. Menurut pendapatnya, politik itu tidak dapat
dipisahkan dengan kebudayaan baik dalam masyarakat Kota
(Hadaruh) atau pun masyarakat desa Badawah. Studi Islam
menurut pendapatnya terdiri dari Ulum Thabiiyyah dan
Ulum Naqliyyah. Ulum Thabi’iyyah meliputi Filsafat,
Aritmetika, Hisab, Geometri, Astronomi, Kedokteran dan
Pertanian. Ulum Naqliyah meliputi Agama, Wahyu, Syariat,
Al-Quran, Fiqh, Teologi dan Tasawwuf.
Setelah kembali ke tanah airnya pada 780 H, Ibnu
Khaldun pun berangkat ke Mesir untuk menghindari
kekacauan dunia politik di Maghrib dan pergi ke Cairo. Di
sana ia disambut dengan gembira oleh para ulama dan
penduduknya. Ia pun memberi materi kuliah di Al-Azhar
sebagai dosen Fiqh Maliki. Beberapa tahun kemudian ia
diangkat sebagai ketua pengadilan kerajaan. Namun setahun
kemudian keluarganya mendapat musibah, seluruh keluarga
dan harta bendanya tenggelam di Iskandariyah.
284 | Asep Solikin dan M. Fatchurahman