Page 74 - Sastra Lisan dan Nilai Budaya Dayak Ngaju
P. 74
Sastra Lisan dan Nilai Budaya Dayak Ngaju
Artinya:
Pada suatu tempat di desa Manusup Kecamatan
Mantangai Kabupaten Kapuas, dahulukala ada
sebuah kampung. Betang di kampung itu tidak
cukup menampung pemuda-pemudi yang baru
berumah tangga. Karena itu penduduk-penduduk
berunding untuk membangun betang yang baru
bagi mereka.
Selain nilai budaya di atas dalam legenda ”Lauk En”
masyarakat berunding memberi nama ikan yang mereka
temukan itu, karena orang-orang selalu menanyakan ikan apa,
seperti kutipan di bawah ini.
Kalute tarus auh uluh tumbah amun tege je misek
banda je sundau ewen. Tumbaha saraba diya jelas
urase. Awi te ewen manggau jalan je balua. Ewen
balalu marundinge wan sapakat manampa ara
Lauk En.
Artinya:
Demikianlah selalu jawaban yang diperoleh kalau
ada yang bertanya mengenai makluh itu. Jawaban
yang serba kabur semua. Untuk menyelesaikan
persoalan itu. Mereka berunding dan bermufakat
untuk menamai ikan itu Lauk En (ikan apa).
b. Dalam cerita “Indu Runtun” ini diceritakan bahwa bapak
Runtun mengumpulkan masyarakat untuk berunding atau
bermusyawarah karena cucunya hilang diterkam buaya, dan
dalam musyawarah itu masyarakat sepakat untuk membalas
buaya tersebut supaya zera memangsa manusia, seperti
kutipan di bawah ini.
65