Page 69 - Sastra Lisan dan Nilai Budaya Dayak Ngaju
P. 69
Lastaria, M.Pd.
menggunakan kapal pangkuh balai atau seperti
kapal Madura zaman dulu. Jadi, ketika malam hari
mereka datang muncul di muara sungai Mantangai,
dan naik menemui Indu Runtun. Sesampainya
mereka mengetuk rumah Indu Runtun.
e. Dalam cerita “Hajambua” dikisahkan bahwa kedua perempuan
tua itu memanfaatkan pohon besar untuk dijadikan peti buat
suami mereka yang meninggal, seperti kutipan di bawah ini.
Jadi, pandak kesahe ewen due balalu tulak kan
parak kayu manggau batang kayu hai akan
manampa kakurung banan ewen due je matei,
tukep laka huma ewen te ih. Sana dinun, balalu
ewen due mambalatuk batang kayu jite, sadang
kea katahin ewen due mambalatuk raung jite awi
je ewen due tanga bewei mambalatuke. Awi leka
ewen telu melai te nah kejau bara uluh lewu. Jadi,
balalu jatun leka balaku duhup, sana jadi balalu
namean ewen due bana melai raung je nampa
ewen due nah awi cagar handak ngubur.
Artinya:
Jadi, singkat cerita mereka berdua lalu mencari
pohon besar ke padang hutan untuk membuat peti
suaminya yang meninggal. Setelah pohonnya
mereka temukan, lalu mereka berdua membelatuk/
melubangi pohon itu. Lumayan lama mereka
berdua melubanginya karena rumah mereka jauh
dari rumah penduduk lainnya. Jadi, tidak ada
tempat minta bantuan. Ketika pekerjaan mereka
berdua selesai lalu mereka memasukkan jenazah
suaminya ke dalam peti yang meraka buat karena
mau di kuburkan.
60