Page 87 - Sastra Lisan dan Nilai Budaya Dayak Ngaju
P. 87

Lastaria, M.Pd.


                                      Pakakas ewen gantung bana melai hunjun bahaie
                                      dan  sawa  dengan  anake  ingendunge.  Kira-kira
                                      sapai lewu tanjung jandau tapi awi bana barimbet
                                      mananjung awi sambil mangendung sawa dengan
                                      anake balalu ewen tapamalem hindai. Tapi, ewen
                                      tatap manarus parjalan, pama biti jadi uras pehe
                                      tapi  ie  tatap  batahan  dan  bausaha  sakilenampi
                                      mangendung  sawa  dengan  anake  dan  diya  kare
                                      manyarah  sahindai  sampai  leka  je  nuju,  timbul
                                      tege  due  kungan    asu  mangang  balalu  ie
                                      mampalua lunju dan mamunu due asu jite.

                                      Artinya:
                                      Barang-barang  mereka  suami  gantung  di  atas
                                      bahunya sedangkan istri dan anaknya ia gendung.
                                      Kira-kira perjalanan sampai kampung seharian tapi
                                      karena  suaminya  lambat  berjalan  karena  meng-
                                      gendung  istri  dan  anaknya  akhirnya  mereka
                                      kemalaman  di  jalan  lagi.  Tetapi,  mereka  tetap
                                      melanjutkan  perjalanannya,  walau-pun  seluruh
                                      tubuhnya sudah terasa sakit tetapi ia bertahan dan
                                      berusaha sekuat mungkin meng-gendung istri dan
                                      anaknya dan tidak akan menyerah sebelum sampi
                                      ke tempat tujuan, tiba-tiba datang dua ekor anjing
                                      meng-gonggong  lalu  ia  mengeluarkan  tumbaknya
                                      dan menumbak kedua anjing tersebut.

                             2.  Kepercayaan Diri
                                      Nilai budaya kepercayaan diri terdapat dalam satu cerita,
                             yaitu  “Asal  Usul  Mantangai”.  Dalam  cerita  “Asal  Usul
                             Mantangai”  dikisahkan  bahwa  damang  Mantang  yakin  atau
                             percaya  kalau  ia  bisa  mendirikan  desa  baru  di  daerah  yang
                             dikatakan angker karena ada yang meninggal jadi hantu, seperti
                             kutipan di bawah ini.



                           78
   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92