Page 103 - CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah
P. 103
“Hmm dinda bahagia Kanda”.
Tiba-tiba datang pembantu acara menghampiri mereka seraya
berbisik. Tumenggung Kenyapi berkata,”Persilakan mereka masuk,
layaknya tamu yang lain”. Segera orang terebut berbalik menuju
depan rumah.
Rombongan tamu datang mengiringi seorang pemuda gagah,
berbadan tinggi besar. Seperti halnya orang terpandang yang selalu
dikawal dan dilayani. Pemuda itu diiringi beberapa pengawal. Akan
tetapi, ini lebih banyak. Pemuda itu berdiri angkuh di depan
pengantin. Sambil menatap tajam kedua pengantin terutama pada
Nyai Balau.
“Terima kasih kedatangannnya, silakan duduk tuan Antang” kata
Tumenggung Kenyapi. Terlihat pembantu acara menyuguhkan
beberapa hidangan kepada Antang dan pengawalnya.
Sambil sesekali pandangannnya menjelajah ke setiap sudut
ruang acara tersebut. Antang kembali terus mentatap tajam ke arah
Nyai Balau.
Ada perasaan jengah dan risih yang dirasakan Nyai Balau.
Tatapan Antang, yang menurut dia berlebihan. Ketika dia beranjak
akan kebelakang, tangan Tumenggung Kenyapi memegang erat
tangannya. Tumenggung Kenyapi memahami apa yang dirasakan
istrinya dengan suasana seperti ini. Ia memegang erat, meremas
tangan Nyai Balau untuk menenangkan.
“Tenang Sawaku, Tumenggung Kenyapi menenangkan istrinya.
Nyai Balau mengangguk sambil memandang suaminya. Ada rasa
nyaman dan aman berada di sisi bananya.
92 | CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah