Page 24 - CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah
P. 24
Di sela-sela menggarap lahan, sang adik membuat jerat untuk
menangkap burung. Burung tersebut dikonsumsi sebagai tambahan
lauk. Ketika pulang berladang, ada tiga ekor burung dibawa pulang
untuk santapan siang menjadi penambah nafsu makan. Keduanya
bekerja hampir tak kenal lelah, tak terasa terik matahari memecah
peluh. Terdengar keluh dari sang kakak.
”Ooii Andi, balau ndai kanai”. (ooii Adik, perut ini sudah lapar)
ucap Kangkang Kajarau kepada adiknya.
Perut kosong dan kerocong pertanda keduanya harus
menyelesaikan pekerjaan dan istirahat makan siang. Namun,
pekerjaan sang kakak kepalang tanggung. Akhirnya Kangkang Kajarau
meminta Adiknya Busu Timang pulang ke gubuk untuk menanak nasi
dan memasak burung hasil tangkapan untuk makan siang. Busu
Timang bergegas pulang ke gubuk kecil mereka dan memenuhi
permintaan Kangkang Kajarau.
Ketika sampai di gubuk. Busu Timang mengambil beras,
memasukkannya ke dalam panci untuk kemudian dibersihkan.
Selesai membersih beras, Busu Timang mengambil kayu bakar di
samping gubuk untuk membuat perapian. Tanpa diduga, kayu bakar
tersebut basah akibat tempias air hujan yang mengguyur semalaman.
Busu Timang bergegas mancari kayu di dalam hutan atau pun
ranting-ranting yang bisa digunakan untuk membuat api. Kayu
maupun ranting semuanya lembab akibat terpaan hujan semalaman,
Busu Timang pun bingung karena tidak dapat membuat perapian
dengan kayu yang basah.
“ooii kak, nampi aku barapi kayu bisa”. (ooii kak, bagaimana aku
bisa memasak nasi kalau kayu basah) teriak Busu Timang
mengadu kepada Kangkang Kajarau.
CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah | 13