Page 97 - CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah
P. 97
aren sesuai sabda Tuhan dan hinggap, serta menggugurkan
tandannya “nyan runtuh tunun tangkung taniah akun banyana tang
mena jaru nenung dan tanun takung taniah galis lawu nyalah itamutu
gugur alang itamehai lawu nyalah petu badil, gugur alang manah api
wua ni tahamur erang natat Tumpuk Lili Kumeah”.
Mendengar begitu kerasnya suara pohon aren berguguran,
seluruh marga satwa terkejut dan berlarian pergi ke tengah hutan
meninggalkan tumpuk/kampung Lili Kumeah “wawui nalau dulang
iwek galis tulak ma balai gunung waruga uwa wawu, amun lampiran
nalau raga manu galis tulak ma balai lasi, waruga werekwekum, amun
wu’ah gagah ngandrei hang tapian, wayu pangeuk ninye hang
tungkaran galis tulak ma lubuk lalem, rantau amau, amun wiyuang
pana anak ngandrei tumpa lalan, lalung kupang laki wawei ninye
mensang enui galis tulak ma hepung waruga kayun kulun, amun anipe
tada patuk pangandrei putut tukat galis tulas ma jumule manyati tane
kumpau abun surat”.
Setelah binatang hutan habis pergi berlarian meninggalkan
tumpuk/kampung Lili Kumeah hanya tersisa tinggallah babi, burung,
kucing, itik, kerbau, kambing dan lainnya. Lalu Lalung Walu/Punei
Laki mulai membunyikan santaru atau lantunan syair sesuai petunjuk
Tuhan, dan langsung melemparkan bongkahan benang ke tengah
Tumpuk Lili Kumeah. Seketika, orang-orang kampung yang ada
ramai berebut bongkahan benang itu. Sampai malam tiba ternyata
belum ada seorangpun yang berhasil membuka bongkahan benang
tersebut, sehingga bongkahan benang semakin kusut.
Saat mereka sudah berputus asa datanglah empat orang anak-
anak yang baru pulang dari bepergian, yang bernama “Raksa Pateh,
Patis Pateh, Singa Galanteh, dan Patis Jaga Mada”, lalu orang-orang
itu meminta mereka berempat, ikut mencoba membuka bongkahan
benang tersebut, namun anak-anak itu menolak. Katanya,
86 | CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah