Page 98 - Bimbingan Spiritual Logoterapi Kearifan Lokal
P. 98

Bimbingan Spiritual: Logoterapi Kearifan Lokal

              kebijakasanaan  itu dengan sendirinya merupakan produk
              aktivitas  hati.  Kesan yang  muncul  dari pemahaman  bahwa
              akal  adalah  bagian  dari hati  adalah  bahwa  hati  memiliki
              wilayah lebih besar dari akan, yaitu bahwa hati memiliki dua
              sayaf fungsi: inteligensi dan afeksi atau  feeling. Sebaliknya
              dari ini adalah  pandangan  Al-Ghazali  dari pemikir muslim
              dan F.W. Bailes. Baik  al-Ghazali  maupun  Bailes memandang
              bahwa berfikir sebagai aktivitas akal dibedakan menjadi fikir
              dan rasa. Bailes menyebutnya sebagai pikir objektif dan pikir
              subjektif. (Sidi Gazalba: 1984)
                  Pendapat terakhir ini menyiratkan bahwa akal memiliki
              cakupan  hati. Pemikiran-pemikiran yang berbeda atau
              berkebalikan seperti ini sudah lazim dalam pemikiran Islam,
              karena terma akal, hati, dan ruh dalam al-Qur’an dipandang
              menjelaskan  satu  substansi dengan  nama  berbeda,  yang
              disebabkan oleh sudut pandang yang berbeda. Pemikir
              muslim  dari  kelompok  filosof  dan  dari  kalangan  tradisi
              kearifan seringkali  menghubungkan antara akal  dalam
              kosmologi  spiritual dengan akal  dalam  mikrokosmos,
              misalnya akal dalam makrokosmos dianalogikan dengan akal
              atau inteligensi manusia, dan dilawankan dengan hawa nafsu
              (caprice). Akal  dihubungkan juga dengan Nabi dalam  jiwa
              manusia,  sehingga  disebutkan  bahwa  akal  adalah  fakultas
              malakuti (angelic faculty) yang bercahaya (luminous) dalam
              diri manusia.  (Sachiko  Murata: 1999)
              3.  Hati (al-Qalb)

                  Kendatipun istilah ruh, akal, dan hati dapat dipertukarkan,
              namun kebanyakan ahli memilih istilah hati, dan karenanya hati
              menjadi lebih pupuler daripada yang lain untuk menunjukkan
              inti spiritualitas manusia. Bahkan, kesan umum menggunakan
              hati sebagai cermin  personalitas seseorang. Ketika orang
              menyebut seseorang berhati baik, kesan yang muncul dalam
              pikiran adalah bahwa keseluruhan aspek kepribadian orang
              dimaksud menjadi terkesan baik. Tidak demikian jika orang


                                                                   91
   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103