Page 260 - Menelisik Pemikiran Islam
P. 260
karena menjadi satu dengan Hakikat atau Dzat Ilahi)
ataukah hadits (terciptakan, karena berbentuk suara yang
dinyatakan dalam huruf dan bahasa Arab)? Khalifah al-
Ma'mun dan kaum Mu'tazilah berpendapat bahwa Kalam
Allah itu hadits, sementara kaum Hadits (dalam arti Sunnah,
dan harap diperhatikan perbedaan antara kata-kata hadits
[a dengan topi] dan hadits [i dengan topi]) berpendapat al-
Qur'an itu qadim seperti Dzat Allah sendiri. Pemenjaraan
Ahmad ibn Hanbal adalah karena masalah ini.
Mihnah itu memang tidak berlangsung terlalu lama,
dan orang pun bebas kembali. Tetapi ia telah meninggalkan
luka yang cukup dalam pada tubuh pemikiran Islam, yang
sampai saat inipun masih banyak dirasakan orang-orang
Muslim. Namun jasa al-Ma'mun dalam membuka pintu
kebebasan berpikir dan ilmu pengetahuan tetap diakui
besar sekali dalam sejarah umat manusia. Maka
kekhalifahan al-Ma'mun (198-218 H/813-833 M), dengan
campuran unsur-unsur positif dan negatifnya, dipandang
sebagai salah satu tonggak sejarah perkembangan
pemikiran Islam, termasuk perkembangan Ilmu Kalam, dan
juga Falsafah Islam."
Plus-Minus Ilmu Kalam
Dalam perkembangan selanjutnya, Ilmu Kalam tidak
lagi menjadi monopoli kaum Mu'tazilah. Adalah seorang
sarjana dari kota Basrah di Irak, bernama Abu al-Hasan al-
Asy'ari (260-324 H/873-935 M) yang terdidik dalam alam
pikiran Mu'tazilah (dan kota Basrah memang pusat
pemikiran Mu'tazili). Tetapi kemudian pada usia 40 tahun
ia meninggalkan paham Mu'tazilinya, dan justru
mempelopori suatu jenis Ilmu Kalam yang anti Mu'tazilah.
Ilmu Kalam al-Asy'ar'i itu, yang juga sering disebut sebagai
Menelisik Pemikiran Islam | 253

