Page 264 - Menelisik Pemikiran Islam
P. 264
(... Maka Jabariyyah dan Qadariyyah itu kedua-duanya
sesat. Kemudian adalah mazhab Ahl al-Sunnah berada
di tengah antara Jabariyyah dan Qadariyyah, keluar
dari antara kotoran dan darah susu yang murni, yang
menyegarkan orang yang meminumnya).
Tetapi tak urung konsep kasb al-Asy'ari itu menjadi
sasaran kritik lawan-lawannya. Dan lawan-lawan al-Asy'ari
tidak hanya terdiri dari kaum Mu'tazilah dan Syi'ah (yang
dalam Ilmu Kalam banyak mirip dengan kaum Mu'tazilah),
tetapi juga muncul, dari kalangan Ahl al-Sunnah sendiri,
khususnya kaum Hanbali. Dalam hal ini bisa dikemukakan,
sebagai contoh, yaitu pandangan Ibn Taymiyyah (661-728
H/1263-1328 M), seorang tokoh paling terkemuka dari
kalangan kaum Hanbali. Ibn Taymiyyah menilai bahwa
dengan teori kasb-nya itu alAsy'ari bukannya menengahi
antara kaum Jabari dan Qadari, melainkan lebih mendekati
kaum Jabari, bahkan mengarah kepada dukungan terhadap
Jahm ibn Shafwin, teoretikus Jabariyyah yang terkemuka.
Dalam ungkapan yang menggambarkan pertikaian
pendapat beberapa golongan di bidang ini, Ibn Taymiyyah
yang nampak lebih cenderung kepada paham Qadariyyah
(meskipun ia tentu akan mengingkari penilaian terhadap
dirinya seperti itu) mengatakan demikian:
... Sesungguhnya para pengikut paham Asy'ari dan
sebagian orang yang menganut paham Qadariyyah
telah sependapat dengan al-Jahm ibn Shafwan dalam
prinsip pendapatnya tentang Jabariyyah, meskipun
mereka ini menentangnya secara verbal dan
mengemukakan hal-hal yang tidak masuk akal... Begitu
pula mereka itu berlebihan dalam menentang kaum
Mu'tazilah dalam masalah-masalah Qadariyyah --
sehingga kaum Mu'tazilah menuduh mereka ini
Menelisik Pemikiran Islam | 257

