Page 101 - Belajar & Pembelajaran
P. 101

Hasil  belajar  dinilai  dengan  ukuran-ukuran  guru,  tingkat  sekolah  dan
          tingkat  nasional. Dengan ukuran-ukuran  tersebut,  seorang  siswa  yang  keluar
          dapat  digolongkan  lulus  atau  tidak  lulus.  Kelulusannya  dengan  memperoleh
          nilai  rendah,  sedang,  atau  tinggi,  yang  tidak  lulus  berarti  mengulang  atau
          tinggal kelas, bahkan mungkin dicabut hak belajarnya. Dari segi proses belajar,
          keputusan  tentang  hasil  belajar  berpengaruh  pada  tindak  siswa  dan  tindak
          guru.  Jika  digolongkan  lulus,  maka  dapat  dikatakan  proses  belajar  siswa  dan
          tindak  mengajar  guru  "berhenti"  sementara.  Jika  digolongkan  tidak  lulus,
          terjadilah  proses  belajar  ulang  bagi  siswa,  dan  mengajar  ulang  bagi  guru.
          Keputusan tentang hasil belajar merupakan umpan balik bagi siswa dan bagi
          guru.  Keputusan  hasil  belajar  merupakan  puncak  harapan  siswa.  Secara
          kejiwaan,  siswa  terpengaruh  atau  tercekam  tentang  hasil  belajarnya.  Oleh
          karena  itu,  sekolah  dan  guru  diminta  berlaku  arif  dan  bijak  dalam
          menyampaikan keputusan hasil belajar siswa.

          4.  Lingkungan Sosial Siswa di Sekolah
              Siswa-siswa  di  sekolah  membentuk  suatu  lingkungan  pergaulan,  yang
          dikenal  sebagai  lingkungan  sosial  siswa.  Dalam  lingkungan  sosial  tersebut
          ditemukan adanya kedudukan dan peranan tertentu. Sebagai ilustrasi, seorang
          siswa  dapat  menjabat  sebagai  pengurus  kelas,  sebagai  ketua  kelas,  sebagai
          ketua OSIS di sekolahnya, sebagai pengurus OSIS di sekolah-sekolah di kotanya,
          tingkat provinsi, atau tingkat nasional. Kedudukan sebagai ketua kelas, ketua
          OSIS, atau ketua OSIS tingkat provinsi memperoleh penghargaan dari sesama
          siswa.  Dalam  kehidupan  kesiswaan  terjadilah  hubungan  antar  siswa.  Pada
          tingkat  kota  atau  wilayah,  terjadilah  jaringan  hubungan  sosial  siswa  sekota
          atau  sewilayah.  Pada  tingkat  provinsi,  terjadi  hubungan  sosial  siswa  tingkat
          provinsi. Pada tingkat nasional terjadi jaringan hubungan sosial siswa tingkat
          nasional. Tiap siswa dalam lingkungan sosial memiliki kedudukan, peranan, dan
          tanggung jawab sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi pergaulan,
          seperti hubungan sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi pergaulan,
          seperti  hubungan  akrab,  kerja  sama,  kerja  berkoperasi,  berkompetisi,
          berkonkurensi, bersaing, konflik, atau perkelahian.
              Tiap  siswa  berada  dalam  lingkungan  sosial  siswa  di sekolah.  Ia memiliki
          kedudukan dan peranan yang diakui oleh sesama. Jika seorang siswa diterima,
          maka ia dengan mudah menyesuaikan diri dan segera dapat belajar. Sebaliknya,
          jika  ia  tertolak,  maka  ia  akan  merasa  tertekan.  Pengaruh  lingkungan  sosial
          tersebut berupa hal-hal berikut: (i) pengaruh kejiwaan yang bersifat menerima
          atau  menolak  siswa,  yang  akan  berakibat  memperkuat  atau  memperlemah
          konsentrasi  belajar,  (ii)  lingkungan  sosial  mewujud  dalam  suasana  akrab,
          gembira, rukun, dan damai; sebaliknya, mewujud dalam suasana perselisihan,

          94 | Belajar dan Pembelajaran
   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105   106