Page 96 - Belajar & Pembelajaran
P. 96
semakin kuat. Hal yang sebaliknya dapat terjadi. Kegagalan yang berulang kali
dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. Bila rasa tidak percaya diri sangat
kuat, maka diduga siswa akan menjadi takut belajar. Rasa takut belajar
tersebut terjalin secara komplementer dengan rasa takut gagal lagi. Gejala ini
merupakan masalah pembelajaran diri yang musykil. Pada tempatnya guru
mendorong keberanian terus menerus, memberikan bermacam-macam
penguat, dan memberikan pengakuan dan kepercayaan bila siswa telah
berhasil. Sebagai ilustrasi, siswa yang gagal ujian bahasa Inggris, bila didorong
terus, akhirnya akan berhasil lulus. Bahkan bila kepercayaan dirinya timbul, ia
dapat lulus pada saat ujian akhir dengan nilai baik pada mata pelajaran bahasa
Inggris.
9. Intelegensi dan Keberhasilan Belajar
Menurut Wechler (Monks & Knoers, Siti Rahayu Haditono) inteligensi
adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat
bertindak secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan
secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi aktual bila siswa memecahkan
masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.
Inteligensi dianggap sebagai suatu norma umum dalam keberhasilan
belajar. Inteligensi normal bila nilai IQ menunjukkan angka 85-115. Diduga 70%
penduduk memiliki IQ normal. Sedangkan yang bcr-IQ di bawah 70 diduga
sebesar 15% penduduk, dan yang ber-IQ 115-145 sebesar 15%. Yang ber-IQ
130-145 hanya sebesar 2% penduduk. Yang menjadi masalah adalah siswa
yang memiliki kecakapan di bawah normal. (Monk, Knoers, Siti Rahayu
Haditono, 1989). Menu mi Siti Rahayu Haditono, di Indonesia juga ditemukan
banyak siswa memperoleh angka hasil belajar yang rendah. Hal itu disebabkan
oh h faktor-faktor seperti (i) kurangnya fasilitas belajar di sekolah dan rumah di
berbagai pelosok, (ii) siswa makin dihadapkan oleh berbagai pilihan dan
mereka merasa ragu dan takut gagal, (iii) kurangnya dorongan mental dari
orang tua karena orang tua tidak memahami apa yang dipelajari oleh anaknya
di sekolah, dan (iv) keadaan gi/i yang rendah, sehingga siswa tidak mampu
belajar yang lebih baik, serta (v) gabungan dari faktor-faktor tersebut,
mempengaruhi berbagai hambatan belajar.
Dengan perolehan hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh
inteligensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar, berarti
terbentuknya tenaga kerja yang bermutu rendah. Hal ini akan merugikan calon
tenaga kerja itu sendiri. Oleh karena itu pada tempatnya, mereka didorong
untuk belajar di bidang-bidang keterampilan sebagai bekal hidup. Penyediaan
kesempatan belajar di luar sekolah, meru pakan langkah bijak untuk
mempertinggi taraf kehidupan warga bangsa Indonesia.
Masalah-Masalah Belajar | 89