Page 95 - Belajar & Pembelajaran
P. 95
mentransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui
bahwa ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan
berprestasi tersebut terpengaruh oleh proses-proses penerimaan, pengaktifan,
pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk
pembangkitan pesan dan pengalaman. Bila proses-proses tersebut tidak baik,
maka siswa dapat berprestasi kurang atau dapat juga gagal berprestasi.
Dalam belajar pada ranah kognitif ada gejala lupa. Lupa merupakan
peristiwa biasa, meskipun demikian dapat dikurangi. Lupa pada ranah kognitif
umumnya berlawanan dengan mengingat Pesan yang dilupakan belum tentu
berarti "hilang" dari ingatan. Kadang kala siswa memerlukan waktu untuk
"membangkitkan" kembali pesan yang "terlupakan". Dengan berbagai
pancingan, dalam waktu tertentu, pesan "terlupakan" dapat diingat kembali.
Bila pesan tersebut sudah "dibangkit kan", maka dapat digunakan untuk unjuk
prestasi belajar maupun transfer belajar. Proses terjadinya gejala lupa dapat
dilacak dan diperbaiki dalam proses belajar ulang.
Suatu proses belajar yang memungkinkan terjadinya lupa. Proses tersebut
sebagai berikut. (1) Pembelajar melakukan konsentrasi terhadap bahan ajar.
Pemusatan perhatian tersebut dapat menurun karena lelah atau memang
lemah. Akibatnya ada bahan ajar yang keluar dan tak diterima. (2) Pembelajar
mengolah bahan ajar yang diterima. (3) Apa yang terolah akan disimpan, tetapi
ada bagian yang keluar. Dengan demikian, siswa menyimpan bagian bahan ajar
yang terolah dengan baik. (4) Dalam menghadapi tugas-tugas belajar lanjut,
maka siswa akan menggali pengetahuan dan pengalaman belajar yang
tersimpan. Pembelajar memanggil pesan yang tersimpan. Ada pesan yang
telah dilupakan, sehingga tak dapat digunakan untuk berprestasi. (5)
Pembelajar menggunakan pesan-pesan yang telah dipelajari untuk berprestasi.
Pada proses menggali dan berprestasi dapat terjadi gejala lupa, karena siswa
lupa memanggil pesan yang tersimpan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa
"keluarnya" pesan pada siswa terjadi saat konsentrasi dan mengolah pesan.
Sedangkan gejala lupa terjadi pada siswa saat menggali dan berprestasi. Hal ini
menunjukkan bahwa proses berkonsentrasi dan pengolahan pesan dapat
dipertinggi mutunya.
8. Rasa Percaya Diri Siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan
berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya
pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk
prestasi merupakan tahap pembuktian "perwujudan diri" yang diakui oleh guru
dan rekan sejawat siswa. Makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka
semakin memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya diri
88 | Belajar dan Pembelajaran