Page 126 - Makna Sosial Burung Enggang
P. 126
gurda Yogyakarta dengan daerah lain disebabkan adanya faktor
internal dan eksternal yaitu sosial kultural. Pada fungsi gurda,
perubahan fungsi dari gurda sebagai benda sakral, bentuk status
sosial, dan perubahan menjadi komoditas industri. Pada analisis
kosmologi yang ada pada motif gurda yang ada pada batik larangan
Yogyakarta, gurda melambangkan dunia atas yaitu seseorang
yang mengendalikan hidupnya dapat mencapai kebenaran yaitu
termasuk dunia atas. Pada batik semen yang terdapat motif
sawat ageng melambangkan kekuasaan, keperkasaan yang hanya
dikenakan oleh raja, mengacu pada mitologi Hindu-Jawa garuda
mewakili dari bentuk manusia (Septianti, 2020).
Kekhasan motif dan kekayaan corak batik lukis tangan Jawa
beradaptasi untuk mengungkapkan ekspresi beragam pengaruh
budaya dari Hindu dan Islam, serta Arab, Belanda, Portugis
dan Cina. Alam adalah sumber inspirasi desain lainnya: daun,
kuncup, bunga, pohon dan semak yang melilit, kupu-kupu,
burung, gunung, air, awan, ikan, serangga, dll. Motif-motif ini
mengambil bentuk desain yang lebih geometris saat ini (Poon,
2020).
Motif batik pada masyarakat Jawa Kuna itu memiliki
makna simbolik dan dapat digunakan sebagai sarana untuk
berkomunikasi bagi masyarakat sezaman. Masyarakat Jawa Kuna
menyadari bahwa melalui motif-motif batik dapat diketahui
stratifikasi sosial masyarakat. Dengan demikian, kepandaian
membatik dan menciptakan motif-motif batik itu sebenarnya
dilakukan dengan sadar oleh pembatik Jawa Kuna. (Maziyah et
al., 2016).
Masyarakat suku dayak Kalimantan Tengah yang terdiri
dari beberapa suku menggunakan simbol burung enggang dalam
kehidupan sehari-hari, seperti lukisan dindidng, ornamen
rumah dibagian atap, di atap perkantoran juga sebagai ikon
kota dibeberapa wilayah di Kalimantan Tengah. Individu yang
Makna Sosial Burung Enggang dalam Batik Masyarakat Dayak... | 113