Page 133 - Makna Sosial Burung Enggang
P. 133
Batik burung enggang yang merupakan sebuah produk
kearifan lokal yang mengandung filosofi suku Dayak Kalimantan
Tengah. Batik burung enggang yang digunakan sebagai pakaian
didesain secara tradisonal, kontenporer dan modern menciptakan
keseragaman dan merupakan bentuk identitas masyarakat
Dayak. Penciftaan batik burung Enggang yang inovatif merupan
sebuah inspirasi bagi masyarakat luas untuk menggunakan batik
burung Enggang dan menggunakan simbol burung enggang
sebagai oranamen baik diperkantoran ataupun di tempat usaha.
Digabungkan dengan arsitektur modern,
Menurut Schultheis (Rueling, 2000) fashion bertindak
sebagai tanda, dan mengaktifkan kekuatan diferensiasi dalam
hal selera, identitas sosial, dan modal budaya. Dengan demikian,
digunakan untuk menciptakan identitas dan diferensiasi. Fashion
memiliki kekuatan normatif dalam menetapkan standar dan
menciptakan keseragaman. Melayani akumulasi kapital simbolis
melalui konsumsi yang mencolok, dan membutuhkan inovasi
yang berkesinambungan untuk mempertahankan kapasitasnya
yang khas. Fashion terkait dengan kapitalisme dan kebangkitan
produksi massal. Hubungan mode dan produksi massal adalah
dialektika, produksi massal memungkinkan mode menyebar ke
seluruh masyarakat dan melampaui batasan kelas, tetapi di sisi
lain juga bergantung pada mode sebagai motor untuk memenuhi
permintaan. Terakhir, setting fashion seringkali tampak terkait
dengan kelompok elit, sedangkan di sisi lain, permintaan fashion
sering muncul dari kelompok yang posisinya dalam masyarakat
ditandai dengan kurangnya atau hilangnya stabilitas.
Listya Sabtiani menyatakan penggunaan batik sekarang
berbeda, kalau dulu penggunaan batik hanya untuk kalangan
kalangan teratas saja. Sekarang ini sudah bisa masyarakat kalangan
menengah kalangan menengah ke bawah bisa bebas menggunakan
batik sehari-hari atau untuk acara formal dan non-formal.
|
120 Aquarini, Ishomuddin, Vina Salviana DS., M. Fatchurrahman