Page 152 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 152
warga kampng, didirikan di bawah kepemimpinan Mr. Soejoedi dan dr.
Soekiman. Organisasi ini memiliki pengaruh yang sangat besar, sehingga
hampir di setiap kampung telah dibentuk sebuah sub-komite dan para
tokohnya siap untuk menerbitkan suratkabat Djanget yang terkenal.
Pendirian CPPBD dengan penerbitan Djanget ini menjadi tamparan berat
bagi Muhammadiyah, karena pengaruh Muhammadiyah di kampung-
kampung semakin menyusut.
Para tokoh partai politik menilai bahwa Muhammadiyah saat ini
semakin memburuk. Hal ini menurut pandangan mereka tidak perlu
dijelaskan lebih lanjut. Mereka yang mengenal sifat Muhammadiyah,
akan mengetahuinya sendiri. Dari keburukan ini, selanjutnya muncul
kebencian terhadap para pemimpin PSI dan PNI, karena dari tokoh-tokoh
ini tampak bahwa kursus-kursus Muhammadiyah di kampung-kampung
sudah semakin terdesak. Oleh karena itu Muhammadiyah sekarang ini
mulai mempersalahkan kepada Mr. Soejoedi dan Dr. Soekiman, yang
mereka katakan bahwa keduanya hanya terlibat dalam pergerakan demi
kepentingan praktek mereka sebagai pengacara dan dokter. Hal inilah
yang saat itu disebarkan ke mana-mana di hampir setiap kampung.
Juga dalam rapat di desa-desa, semua ini disebarluaskan oleh para guru
tablig Muhammadiyah. Secara singkat disampaikan; nama kedua pejuang ini
dianggap jelek oleh para pengikut Muhammadiyah. Juga mereka tidak lupa
mencerca surat kabar Djanget, dengan berkata bahwa organ ini telah membawa
orang-orang menuju Digul. Hal ini merupakan taktik Muhammadiyah, dengan
tujuan untuk melakukan reaksi terhadap pergerakan politik.
Apabila ditanyakan kepada para pemimpin Muhammadiyah tentang
politik, mereka akan menjawab: Muhammadiyah tidak ikut campur dalam
politik, tetapi membebaskan anggotanya untuk bergerak di ranah politik.
Dengan memperhatikan jawaban ini, Muhammadiyah tidak merintangi
pergerakan politik, tetapi prakteknya menunjukkan kebalikannya.
Diungkapkan bahwa mereka memang tidak membuat propaganda
anti-politik, tetapi di antara puluhan ribu anggotanya ada yang terlibat
[150] K.H. Ahmad Dahlan