Page 157 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 157

sebesar f 0,13 ½ perorang. Kenyataannya panti asuhan yang dikelola
                 ini demikian sangat buruk walaupun mampu mengaburkan pandangan
                 orang dan dijadikan sebagai sarana untuk menarik perhatian orang-orang
                 agar mereka mau menjadi anggota Muhammadiyah.
                     Demikian juga dengan rumah yatimnya. Apabila diperhatikan
                 pendirian sebuah panti asuhan dan rumah yatim tidak akan terjadi sesuai
                 keinginan melainkan karena organisasi ini ingin dipuji. Selain itu ummat
                 Islam jangan tertarik dengan subsidi ini, karena mereka mengetahui bahwa
                 organisasi mereka bisa hidup tanpa harus mengeluarkan uang itu. Oleh
                 karena itu karya Muhammadiyah sangat mematikan bagi semangat juang
                 ummat Islam, untuk melepaskan hartanya demi kepentingan nasional.

                 D5.  Cabang tablig yang menyenangkan pabrik

                 Mengenai karya cabang tablig  Muhammadiyah, mengundang banyak
                 pujian karena orang tidak keberatan dan mampu menjangkau desa-desa
                 terjauh. Sejak awal di desa-desa orang melakukan propaganda untuk
                 sholat dan bersedekah, sehingga tampaknya semakin banyak orang yang
                 melakukan sholat. Namun, kemajuan dalam beribadah dari para anggota
                 Muhammadiyah ini tidak ada manfaatnya bagi kehidupan duniawi.
                      Dalam  kursus tablig Muhammadiyah, orang dididik dengan
                 berbagai naskah menakutkan,  mereka diajari agar tidak tersesat dan
                 sebaliknya semakin memuji Tuhan. Orang-orang desa yang tidak pernah
                 belajar membaca Qur’an dan yang tidak pernah melihat wujud Qur’an
                 sendiri (selain juga dijauhkan dari mereka) menjadi semakin takut
                 dengan pelajaran agama yang dilakukan oleh Muhammadiyah ini. Akibat
                 mereka hanya bekerja demi  dunia akherat dan tidak pernah berpikir
                 tentang kehidupan duniawi.

                     Para pekerja pabrik yang memahami hal ini masih lebih bebas
                 bersuara karena mereka bisa bekerja tanpa ada gangguan dari pihak
                 lain. Penduduk di sekitar pabrik menjadi patuh dan penakut, dan tidak
                 pernah melakukan keonaran dan perlawanan. Jika seseorang datang



                                                                   K.H. Ahmad Dahlan    [155]
   152   153   154   155   156   157   158   159   160   161   162