Page 201 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 201

pihak-pihak yang tidak menghendaki lahirnya Muhammadiyah.
                 Kyai Haji Ahmad Dahlan menjadikan Muhammadiyah sebagai milik
              bersama, karena itu harus dikelola dengan cara yang demokratis. Setiap
              tahun diselenggarakan Algemeene Vergadering  (persidangan umum) untuk
              mengevaluasi kerja pengurus, sekaligus untuk memilih kepengurusan baru.
              Pada 17 Juni 1920 mengadakan Rapat Anggota Istimewa yang dihadiri oleh
              lebih kurang 200 anggota dan simpatisan, tujuan dari rapat tersebut adalah
              membicarakan melebarkan gerakan Muhammadiyah dalam bidang lainnya.
                 Muhammadiyah dalam gerakan yang dimotori oleh Kyai Haji Ahmad
              Dahlan pada awalnya banyak hambatan dan rintangan yang harus dilalui.
              Gagasan pendirian Muhammadiyah juga mendapatkan resistensi, baik dari
              keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya. Organisasi ini bisa dikatakan
              bentuk reformasi pembaharu Islam yang ada pada waktu itu. Anggapan
              bahwa sebuah organisasi baru yang tidak berkiblat pada pakem atau
              kebiasaan dalam sebuah perkumpulan Islam sebelumnya. Banyak hal yang
              di tentang atau diartikan meluruskan ajaran Islam yang dilakukan oleh Kyai
              Haji Ahmad Dahlan sehingga sering berbenturan dengan pikah lain.
                 Sinkretiseme Organisasi Muhammadiyah yang di bentuk oleh Kyai Haji
              Ahmad Dahlan adalah mewujudkan perpaduan antara masyarakat Islam
              ya  agamis  juga  intele  Cara  berfikirnya  ya  kontroversia  denga  ulama
              setempat tidak membuatnya surut untuk mengembangkan Muhammadiyah.
              Justru hal itu ia gunakan  sebagai cambuk untuk lebih bersemangat dalam
              membangun organisasi yang dirintisnya. Ada motto yang populer yang
              sering diucapkannya “Muhammadiyah iku yen dijiwit dadi kulit, yen dicethot
              dadi otot” yang maksudnya Muhammadiyah itu bila disakiti tambah bangkit,
              bila dimusuhi tambah tangguh (Harisucipto : 2010, 157).

                 Langkah yang ditempuh dalam pembentukan Muhammadiyah pada saat
              itu oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan sangat tepat melihat kondisi masyarakat
              yang diselimuti oleh kemunduran dan kegamangan yang didesak oleh
              misionaris ajaran Kristen di masa kolonial Belanda. Pendirian Kyai Haji
              Ahmad Dahlan mengenai pentingnya organisasi bagi pelaksanaan dakwah



                                                                   K.H. Ahmad Dahlan    [199]
   196   197   198   199   200   201   202   203   204   205   206