Page 45 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 45
dari Islam yang fungsional. 12
Dalam hubungan itulah pengajaran Kiai Ahmad Dahlan tentang Surat
Al-Ma’un seperti berkembang menjadi semacam legenda. 13 Dalam surat
ke 107, termaktub dalam Al-Qur’an, Allah mengkritik orang-orang yang
rajin melakukan ibadah salat lima waktu, namun tidak peduli terhadap
perbaikan nasib mereka yang terpinggir, terasing, menderita dan tertindas.
Bahkan adalah sebuah dusta, jika orang rajin mengerjakan ibadah namun
mengabaikan nasib mereka yang terpinggirkan sistem sosial yang tidak adil.
Gerakan awal Muhammadiyah lebih ditujukan pada pemberdayaan kaum
pinggiran atau si Ma’un tersebut yang dalam masyarakat Islam lebih dikenal
dengan sebutan mustadl’afin.
Umat yang terpinggirkan yang miskin, penyakitan, dan tidak
berpendidikan demikian itu masih lebih menderita lagi karena hidup
dalam perangkap gugon-tuhon, yaitu kepercayaan yang berakibat mereka
hidup dalam bayangan ilmu gaib, jimat dan dukun. Kondisi demikian itu
lebih mengenaskan lagi, nasib umat yang terperangkap dalam kemiskinan,
kebodohan, dan kepenyakitan tersebut di atas, sikap elite keagamaan
Islam yang tidak peduli pada situasi objektif yang dihadapi umatnya. Para
pemimpin umat sibuk dengan dirinya sendiri, lupa pada tanggung jawab
14
sosial mencerahi kehidupan umat yang dipimpinnya.
Dalam situasi demikian itulah pembaruan Kiai Ahmad Dahlan dengan
Muhammadiyah-nya menjadi lebih berarti. Fokus pembaruan Kiai Ahmad
Dahlan terletak pada usahanya menyadarkan umat akan nasib dan tanggung
12). Kiai Syuja’, Islam Berkemajuan; Kisah Perjuangan K.H. Ahmad Dahlan dan
Muhammadiyah Masa Awal (Jakarta, Al-Wasat, 2009), hlm 102-110.
13). Kiai Syuja’, Islam Berkemajuan; .... hlm 108.
14). Kiai Ahmad Dahlan, “Kesatuan Hidup Manusia” (Yogyakarta, HB Majlis Taman Pustaka,
1923). Lihat Abdul Munir Mulkhan, Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah
dalam Perspektif Perubahan Sosial (Jakarta; Bumi Aksara, 1990), lampiran khusus
hlm 223-230. Menurut catatan Mitsuo Nakamura, naskah “Kesatuan Manusia” tersebut
merupakan karya tulis Kiai Ahmad Dahlan yang menarik kalangan Belanda sebagaimana
catatan Schrieke [(Lihat Mitsuo Nakamura, The Crescent Arises over the Banyan Tree; A
Study of the Muhammadiyah Movement in a Central Javanese Town, c. 1910s-2010 2nd
Enlarged Edition (Singapore, ISEAS Publishing, 2012), hlm 52)]
K.H. Ahmad Dahlan [43]