Page 74 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 74
managemen modern yang dulu dikembangkan Muhammadiyah, kini sudah
tumbuh menjadi tradisi kehidupan keagamaan umat negeri ini. Pada saat
yang sama, gerakan ini menghadapi gugatan telah kehilangan etos pembaharu
pemikiran Islam dan pembaru sosial-budaya umat di tengah kondisi kehidupan
umat pemeluk Islam yang tetap miskin dan berpendidikan rendah. Sementara
aktivis gerakan ini seperti asyik dan sibuk dengan dirinya sendiri
Salah satu persoalan yang belum dengan tuntas dipecahkan Muhammadiyah
yang sudah dimulai pendirinya ialah humanisasi praktik ritual Islam yang
belakangan seperti berhenti di tengah jalan. Kecenderungan demikian berkaitan
dengan peng-kudus-an ajaran Islam sebagai hasil penafsiran ulama Salaf atas
Alquran dan Sunnah Rasul. Sampai hari ini, pemeluk Islam memandang ajaran
Islam otentik dari wahyu Alquran dan Sunnah Rasul yang mutlak benar dan
sempurna itu ialah apa yang dipelajari di berbagai lembaga pendidikan Islam
dari tingkat dasar hingga pendidikan tinggi STAIN, IAIN, UIN, atau Fakultas
Agama Islam di berbagai perguruan tinggi swasta Islam.
Materi kegiatan dakwah Islam (termasuk pendidikan) dalam berbagai
bentuk seperti Khutbah Jumat atau Hari Raya, pengajian atau tabligh, dana
pendidikan agama di sekolah atau pesantren, bersumber dari ajaran yang
sama yang secara akademik terangkum dalam Islamic Studies (ilmu-ilmu
ke-Islam-an). Di satu sisi materi dakwah dan pendidikan Islam itu disebut
ilmu, seperti; Ilmu Kalam, Ilmu Tafsir, Ilmu Fikih atau Syariah, Ilmu Akhlak,
Ilmu Hadits. Di saat lain, prinsip-prinsip keilmuan tidak bisa dan dilarang
diterakan pada ilmu-ilmu tersebut, sehingga berbagai temuan dari ulama
Salaf dalam beragam ilmu itu cenderung haram dikritik apalagi diubah dan
dikembangkan. Di satu sisi pembelajaran ilmu-ilmu ke-Islam-an hingga
praktik penelitian di bidang ilmu itu dilakukan dengan mempergunakan teori
yang berkembang dari dunia Barat, pada saat yang lain, pemikiran dari dunia
Barat itu dituduh bertentangan dengan prinsip ajaran Islam.
Gejala peng-kudus-an ilmu-ilmu ke-Islam-an hingga segala hal yang
terkait atas ajaran Islam, menyebabkan aktivis gerakan Islam sulit memahami
fakta empirik sebagai produk dari hasil kreatif manusia. Dalam dunia politik,
[72] K.H. Ahmad Dahlan