Page 81 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 81

organisasi, seperti Ranting atau Cabang Muhammadiyah, diletakkan pada
              aktivis gerakan yang disebut “inti jamaah”. Melalui “inti jamaah” itulah
              berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat disampaikan kepada pimpinan
              resmi, tingkat ranting atau cabang, secara konsultatif untuk dicarikan
              pemecahannya. Dari sini seringkali muncul gagasan untuk membangun
              balai kesehatan, rumah sakit, lembaga pendidikan, panti asuhan, atau tempat
              ibadah, sebagai salah satu solusi problem sosial-ekonomi yang dihadapi
              warga jamaah atau luar jamaah.
                 Sumber dana AUM tersebut di atas berasal dari zakat, infaq, sodaqah,
              atau wakaf yang diberikan oleh publik secara sukarela. Demikian pula
              pengelolaan AUM secara profesional oleh aktivis atau pengikut gerakan
              ini dilakukan secara sukarela. Mereka bukan menerima gaji, melainkan
              pengganti jasa kemampuan dan waktu yang diwakafkan bagi AUM tersebut.
              Karena itu, imbalan jasa seorang direktur rumah sakit Muhammadiyah,
              Kepala Sekolah, Rektor Perguruan Tinggi Muhammadiyah atau Kepala
              Panti, sebatas pengganti layanan jasa yang diberikan, bukan berdasar
              standar gaji seperti dikenal di lembaga pemerintah atau swasta lainnya.
              Pengurus AUM atau pimpinan Muhammadiyah yang membawahi AUM, di
              Muhammadiyah dikenal dengan majlis atau bagian, juga pimpinan gerakan
              ini sebagai regulator, yang mengangkat Rektor, Direktur Rumah Sakit atau
              Kepala Sekolah, tidak memperoleh gaji atau pun honorarium.

                 Melalui tata-kelola seperti itu, Muhammadiyah sampai saat ini telah
              berhasil membangun lebih dari 600 balai kesehatan dan rumah sakit, 180
              perguruan tinggi (berikut yang dikelola ‘Aisyiyah), lebih sepuluh ribu sekolah
              tingkat dasar dan menengah (lihat laporan Kompas 7 Juli 2015, hlm 5).
              AUM tersebut tersebar dari Papua hingga Aceh. Jumlah mahasiswa masing-
              masing perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM), berkisar dalam rentang
              1000 hingga 33.000 mahasiswa. Universitas Muhammadiyah Makassar,
              yang menjadi ajang Muktamar 2015, tergolong PTM papan atas dalam hal
              jumlah mahasiswa yang mencapai lebih dari 30.000 mahasiswa. Menyusul
              Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Universitas Muhammadiyah




                                                                    K.H. Ahmad Dahlan    [79]
   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86