Page 83 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 83
tengah gempuran gaya hidup hedonis dan permisif dengan tetap komitmen
mengembangkan AUM yang berkualitas? Adalah tantangan apakah nilai-
nilai etika kesukarelaan dan taawwun bisa terus direproduksi gerakan ini
bagi kehidupan kebangsaan dan kemanusiaan yang lebih besar dan terbuka.
Muncul pertanyaan berikut, mungkinkah gerakan ini mengembangkan pola
kerja profesional berbasis etika suka-rela (tanpa pamrih) dan kolektifitas
taawwun bagi pengelolaan kehidupan kebangsaan dan kemanusiaan yang
lebih plural? Inilah tantangan kebangsaan bagi Muhammadiyah dalam usia
abad keduanya.
F. Reposisi ‘Aisyiyah dalam Problem Gerakan Pembaru 35
Dalam notulen Konggres Muhammadiyah 1924, Pimpinan ‘Aisyiyah
menyampaikan pendapat di depan forum Konggres tentang peran perempuan.
Utusan “Aisyiyah menyatakan; “Orang laki-laki Islam wajib membantu akan
kemajuan prempuan Islam. Harus memberi izin kepada perempuan mencari
ilmu. Cara yang dahulu itu salah sekali, tiada setujuh dengan Kur’an.
Dahulu dikatakan bahwa orang perempuan itu “suargo nunut,” artinya
suarga perempuan itu tergantung pada laki-lakinya (suaminya), begitu juga
nerakanya (neroko katut). Hal ini sekali-kali tiada setujuh dengan Kur’an,
sebetulnya semua yang mempunyai tanggungan masing-masing, tiada ada
orang dapat menanggung orang lain, baik laki-laki ataupun perempuan.
Perempuan harus seilmu dengan laki-laki. Perempuan wajib juga amar
ma’ruf dan nhi munkar seperti laki-laki. … Dunia Islam tiada akan menjadi
baik kalau yang maju hanya laki-lakinya saja. Perempuan pun harus maju
juga….” 36
Sementara itu, gerakan Muhammadiyah lahir dalam suasana Perang
Dunia Eropa bergola tenga konfl ya seda berlangs dunia
35). Abdul Munir Mulkhan, Reposisi ‘Aisyiyah dalam Problem Gerakan Pembaru (Yogyakarta:
Suara ‘Aisiyah, Edisi Th Ke-91, 5 Mei 2014), hlm 14-16). Lihat Abdul Munir Mulkhan,
“Repoisisi ‘Aisyiyah dalam Percaturan Global Abad 21” disusun dan disampaikan dalam
pengajian Ramadhan 1430 H/ 2009 M diselenggarakan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, 28 -8-
2009. Pokok-pokok materi ini pernah disampaikan pada Seminar dalam rangkaian Tanwir
‘Aisyiyah 2009 di Yogyakarta.
36 ) Lihat Suara Muhammadiyah tahun 1924.
K.H. Ahmad Dahlan [81]