Page 275 - Catatan Peradaban Islam
P. 275

berfikir  itu  sendiri.  Untuk  menguatkan  ini  ia  memakai
            beberapa  ayat  Al-Quran  sebagai  alasan  pemahaman  Al-
            Quran  secara  kiasi.  Diterangkan  pula  bahwa  tidak  semua
            ayat  yang  turun  itu  untuk  semua  orang  saja  pada  saat
            pemahamannya. Ini tampak pada ayat yang mengatakan dan
            sekaligus  perintah  untuk  melihat  unta  dan  proses
            penciptaannya,  langit  dengan  keunikannya  yang  mampu
            berdiri  tegak  tanpa  penyangga,  dan  bumi  yang  luas
            terhampar  dari  barat  sampai  timur,  atau  gunung-gunung
            yang  kokoh  menancap  manahan  getaran  bumi,  dan
            seterusnya. Maka ia pun lantas mengatakan bahwa ayat-ayat
            tersebut  diperuntukkan  pada  mereka  yang  memang
            menguasai bidangnya.

                 Katanya pula unta yang tercipta tersebut adalah sebagai
            bahan  renungan  para  ahli  hewan  dan  dokter.  Mengenai
            langit maka yang bertugas merenunginya bukanlah seorang
            petani  yang  sibuk  sehari-harinya  di  sawah  melainkan
            seorang astronom, juga tentang bumi dan gunung maka yang
            berbuat banyak dalam hal ini adalah para ahli geologi.

                 Menanggapi  tuduhan  kafir  Al-Gazali,  Ibnu  Rusyd
            menyatakan  bahwa  seseorang  dikatakan  kafir  apabila  ia
            tidak  lagi  mempercayai  adanya  Tuhan,  adanya  Rasul,  dan
            adanya  hari  Kebangkitan.  Selama  seseorang  masih
            mempercayai  tiga  permasalahan  gaib  tersebut  maka  ia
            masih dikatakan beriman dan tidak boleh dituduh sebagai
            orang kafir.
                 Dalam  bukunya  Tahafut  At-Tahafut  yang  khusus
            ditujukan  untuk  membela  kaum  filosof,  Ibnu  Rusyd
            menjawab  kritikan  Al-Ghazali  yang  mengkafirkan  filosof
            dalam  tiga  hal,  yaitu  pendapat  filosof  tentang  keqadiman




            268 | Asep Solikin dan M. Fatchurahman
   270   271   272   273   274   275   276   277   278   279   280