Page 276 - Catatan Peradaban Islam
P. 276
alam, Tuhan tidak mengetahui perincian yang ada di alam,
dan tidak adanya pembangkitan jasmani.
Pembelaan Ibnu Rusyd diungkapkan dalam pendapat-
pendapatnya sebagai berikut. Pertama; tentang Qadimnya
alam Ibnu Rusyd mengatakan bahwa para filosof menyakini
bahwa alam ini qadim. Qadim yang dimaksudkan di sini
adalah sesuatu yang dalam kejadiannya terus-menerus.
Maksud pendapat ini adalah ia tidak mempunyai permulaan
dalam waktu. Pendapat ini disimpulkan dari pandangan
mereka bahwa alam ini diciptakan dari sesuatu, bukan dari
apa yang menjadi ada (credo et nihilo) seperti pendapat Al-
Ghazali oleh para teolog.
Argumentasi Ibnu Rusyd adalah apabila kita
memperhatikan proses kejadian benda-benda di alam, maka
akan terlihat bahwa semuanya terwujud dari sesuatu yang
ada. Untuk memperkuat argumentasinya Ibnu Rusyd juga
mengambil dali-dalil dari Al-Quran seperti surat Hud ayat: 7,
Fushilat ayat 11, dan Al-Anbiya ayat 47-48. Ayat-ayat
tersebut menggambarkan bahwa “Tiada” tidak mungkin
berubah menjadi ada. Yang terjadi adalah “Ada” berubah
menjadi “Ada” dalam bentuk lain.
Walaupun demikian, Ibnu Rusyd tetap mengakui bahwa
semua yang ada adalah terlahir dari kekusaan Allah dalam
menciptakan bentuk dan kehancurannya. Perbedaan antara
Filosof dengan Al-Ghazali adalah pada penafsiran Qadim.
Bagi Al-Ghazali, qadim itu sesuatu yang terwujud tanpa
sebab, dengan kata lain wujud yang berdiri sendiri.
Sedangakan untuk wujud yang berdiri sendiri hanya pantas
disandang oleh Allah. Karena Dialah Pencipta segala jagad
raya beserta isinya ini. Selain Tuhan semuanya adalah
ciptaan, bukan wujud yang berdiri sendiri. Jadi, mengakui
Catatan Peradaban Islam | 269