Page 281 - Catatan Peradaban Islam
P. 281
dinasti Samaniah. Dan kemasy-huran itu sendiri ternyata
mampu meredam kemasyhuran gurunya Isa bin Yahya.
Keberhasilan dirinya dalam mengobati pejabat itulah
yang memberi peru-bahan pada hidupnya. Setelah berhasil,
maka ia memperoleh hadiah yang sangat ia senangi.
Diberikan padanya kebebasan untuk mengkaji
perbendaharaan wacana pengetahuan di perpustakaannya.
Sebuah tawaran yang tak pernah ada pada masa itu. Karena
langkanya perbendaharaan kitab seperti demikian. Khutub
Khanah milik Nuh yang luas tersebut ditelaah oleh Ibnu Sina
sepuas-puasnya. Di sinilah Ibnu Sina melepaskan dahaganya
akan ilmu siang malam, karena memang ini adalah sebuah
angan-angannya sejak dulu. Terbukalah baginya medan yang
tak terbatas untuk mengunyah ilmu pengetahuan tersebut.
Dengan otaknya yang luar biasa dan kemauan hati yang
keras, terciptalah Ibnu Sina yang luar biasa. Seorang yang
gigih dan enerjik mengejar prestasi dengan kekuatan hati
dan otak sendiri yang merasa tak membutuhkan diploma,
maka jadilah ia sebagai suri teladan yang melahirkan
otodidak muslim yang kemam-puan ilmunya sangat
mengagumkan. Ia adalah satu contoh saja dari seorang
muslim yang lebih memen-tingkan amal dari pada pujian
ijazah, meninggikan hakikat lebih dari pada kemolekan
bungkus, mengutamakan prestasi dari pada prestise.
Sayang tidaklah lama ia dapat menikmati Khutub
Khanah tersebut. Karena selalu saja akan ada manusia yang
tidak senang mendapat kemualiaan dari yang lainya. Sumber
tempat Ibnu Sina menenggelamkan diri tersebut tiba-tiba
terbakar habis dengan tuduhan padanya yang sangat
menyakitkan. Beredarlah desas-desus bahwa dirinyalah
274 | Asep Solikin dan M. Fatchurahman