Page 26 - Burnout Konselor
P. 26
tantangan emosional untuk bekerja intensif dengan orang lain
baik dalam peran pengasuhan atau mengajar cukup besar
terutama konselor sekolah.
Sekolah konselor sering mengalami situasi di mana
berbagai pemangku kepentingan, termasuk kepala sekolah, guru,
orang tua, dan siswa, memiliki gagasan yang bertentangan
tentang peran konseling sekolah. Perbedaan dalam memahami
peran yang tepat dari konselor sekolah didefinisikan sebagai
ambiguitas peran. Selain pemangku kepentingan tersebut,
konselor sekolah memiliki pemahaman sendiri tentang peran
mereka.
DeMato dan Curcio (Moyer, 2011) melaporkan bahwa
para konselor juga mengungkapkan keprihatinan dikarenakan
banyak tugas administratif yang diberikan yang membuat sulit
untuk bekerja dengan anak-anak satu-satu atau dalam
pengaturan bimbingan kelas. Konselor mengalami kewalahan
dan merasa tidak mengerjakan tugas untuk tugas-tugas terkait
non-bimbingan yang berlebihan yang menghilangkan
kemampuan mereka untuk menasihati siswa (Pit et al., 2009).
Kepala sekolah, guru, orang tua, dan bahkan konselor
sekolah sendiri semuanya memahami peran dan tanggung jawab
konselor sekolah secara berbeda (Burnham & Jackson, 2000).
Akibatnya, banyak konselor sekolah ditugasi berbagai tugas
yang tidak terkait tugas yang dapat menyebabkan frustasi dan
kebencian terhadap lingkungan kerja dan seluruh sistem
sekolah. Konselor yang menyalahkan orang lain untuk tidak
menghargai peran dan tanggung jawab mereka salah arah, tidak
cukup hanya mengumpulkan dan melaporkan data. Konselor
sekolah juga harus mempertimbangkan untuk menyelaraskan
tujuan program mereka agar sesuai dengan misi dan tujuan
sekolah secara keseluruhan (Johnson, 2000). Konselor sekolah
didorong untuk memfokuskan waktu dan energi mereka pada
Burnout Konselor - 19